Rabu, 12 Maret 2014

MAKALAH TENTANG QASHASH

MAKALAH
“Kisah Al-qur’an”
tugas ini disusun untuk mata kuliah ilmu tafsir






DOSEN
Dr. Evra Willya,M.Ag
DISUSUN OLEH :
Kelompok III
*     ABRARI ILHAM

*     JIRDA FAJRIA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
MANADO
2011

BAB    I
PENDAHULUAN
   A.    Latar belakang
Kitab suci Al-Quran merupakan sebuah kitab petunjuk kepada seluruh manusia yang menyeru mereka agar menjalani kehidupan yang benar, sehingga mereka mampu meraih kebahagiaan, kebajikan, dan kedamaian baik selama hidup di dunia hingga nanti kelak di akhirat.Seruan dari Al-Quran inilah yang senantiasa terbuka kepada siapa saja yang ingin menempuh jalan hidup yang sebenar-benarnya.Dengan tujuan demi kebahagiaan manusia itu sendiri.Menerima ataupun menolak seruan ini merupakan tanggung jawab bagi tiap individu. Watak seruan dan ajaran yang telah disampaikan dalam Al-Quran tersebut jelas-jelas menunjukan bahwa ia menggugah hati nurani setiap insan agar senantiasa memikirkan, memahami, dan mempertimbangkannya berdasarkan penilaiannya sendiri, tanpa adanya unsure tekanan dari pihak luar jika dirasa memperoleh manfaat, ia dipersilahkan mengikutinya, namun bilamana tidak yakin akan kebenarannya, iapun berhak untuk menolaknya.
Oleh karena itulah, Al-Qur’an kembali menggugah hati nurani manusia dan mendorong mereka untuk senantiasa baik-baik sebelum akhirnya menerima ataupun menolak. Penalaran dan argument psikologis yang sama juga dikemukakan dalam Al-Qur’an melalui kisah-kisah sebelumnya. Mereka diminta untuk melakukan introspeksi diri dan selalu berupaya merenungkan sejarah umat-umat lain pada masa silam. Selain menggunakan cara yang langsung yaitu berbentuk perintah dan larangan adakalanya tuntunan tersebut disampaikan melalui kisah-kisah, dengan tujuan untuk menjelaskan bantahan terhadap setiap bujukan untuk berbuat ingkar sertamerta menerangkan prinsip-prinsip islamiyyah dalam berdakwah begitupula dalam Al-Qur’an yang banyak mengisyaratkan akan bidang kajian baru dalam ilmu psikologi yang sedemikian menggugah pikiran bagi mereka yang berakal sehat untuk diajak berpikir secara cermat untuk kembali merenungkan beberapa akibat yang mungkin akan menimpa diri mereka masing-masing. Membaca cerita atau kisah tentulah sangat mengasyikan dan dapat menghilangkan rasa jenuh pembaca.Bilamana isinya otentik, valid, benar dan tidak direkayasa tentulah lebih mengasyikan lagi.Al-Qur’an pun menggunakan metode ini dalam menggugah hati setiap pembacanya.
            Allah SWT Menurunkan Al-Quran kepada Nabi Muhammad SAW, yang mengandung tuntunan-tuntunan bagi manusia untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat, serta kebahagian lahir dan batin. Selain menggunakan cara yang langsung, yaitu berbentuk perintah dan larangan, adakalanya tuntunan tersebut disampaikan melalui kisah-kisah, dengan tujuan untuk menjelaskan bantahan terhadap kepercayaan-kepercayaan yang salah dan bantahan terhadap setiap bujukan untuk berbuat ingkar serta menerangkan prinsip-prinsip islamiyyah dalam berdakwah.
            Tidak sedikit dari keseluruhan ayat-ayat Al-Qur’an mengisahkan tentang kisah-kisah yang memakan tempat. Bahkan, banyak pula surat yang dikhususkan untuk kisah semata, seperti surat  Yusuf(18) Al-Anbiya (21), Al-Qashash (28), dan surat Nuh (17)
Salah satu isi dari kandungan Al-Quran adalah kisah-kisah terdahulu (Qashash Al-Quran).Kisah-kisah itu berisi tentang tindakan, tokoh/penokohan, atau latar yang dinyatakan dalam beragam cerita meski merupakan banyak informasi tentang masa lalu, qashash al-Quran diyakini memiliki nilai-nilai yang relevan untuk masa kini. Sebagian orang berpendapat, apa manfaat dan urgensi dari kajian kisah masa lalu ini, padahal masih banyak persoalan kekinian, seperti masalah kemiskinan, pendidikan, kesehatan, dan sebagainya, yang dianggap lebih penting dari kisah-kisah masa lalu itu tersebut, pendapat demikian di tampik oleh Amru Khalid. Menurutnya, kisah-kisah masa lalu itu sangat bermanfaat bagi kehidupan masa sekarang.Dia menawarkan pembacaan baru atas kisah-kisah masa lalu itu untuk dikontekstualisasi pada zaman sekarang, sehingga sesuai dengan kebutuhan masa sekarang.Setidaknya ada beberapa manfaat adanya kisah dalam Al-Qur’an, yaitu menjelaskan prinsip-prinsip dakwah dan inti dari ajaran syariat para nabi, meneguhkan hati Nabi Muhammad dan umatnya akan adanya kebenaran agama yang dibawa Muhammad dan kesesatan musuh-musuhnya. Selain itu, kisah-kisah Al-Qur’an membeberkan kebenaran adanya nabi-nabi terdahulu dan kebenaran dakwah Muhammad tentang apa yang terjadi di masa yang silam. Juga mengungkapkan kebohongan ahlul kitab atas kebenaran-kebenaran yang mereka sembunyikan.



   B.     Rumusan masalah  :
Adapun rumusan masalah kali ini adalah :
·         Pengertian kisah dalam Al-Qur’an;
·         Macam-macam kisah Al-Qur’an;
·         Faedah kisah Al-Qur’an;
·         Ibrah dari penggunaan nama dan gelar pada tokoh dalam kisah;
·         Masalah perulangan kisah dalam Al-Qur’an dan hikmahnya.
   C.     Tujuan Penulisan :
·         Ingin mengetahui Pengertian kisah dalam Al-Qur’an;
·         Ingin mengetahui Macam-macam kisah Al-Qur’an;
·         Ingin mengetahui Faedah kisah Al-Qur’an;
·         Ingin mengetahui Ibrah dari penggunaan nama dan gelar pada tokoh dalam kisah;
·         Ingin mengetahui Masalah perulangan kisah dalam Al-Qur’an dan hikmahnya.
   D.    Manfaat Penulisan :
·         Memberi pengetahuan kepada setiap Individu, mengenaiPengertian kisah dalam Al-Qur’an,Macam-macam kisah Al-Qur’an,Faedah kisah Al-Qur’an,Ibrah dari penggunaan nama dan gelar pada tokoh dalam kisah,Masalah perulangan kisah dalam Al-Qur’an dan hikmahnya.








BAB   II
PEMBAHASAN

  A.    Pengertian Qashash Al-Qur’an
Kata Qashash berasal dari bahasa arab yang merupakan bentuk jamak dari kata qishash yang berarti tatabbu al-atsar (napak tilas/mengulang kembali masa lalu). Arti ini diperoleh dari uraian Al-Qur’an pada suratAl-Kahfi (18) ayat 64:[1]

Artinya : “Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula.”
(QS. Al-Kahfi (18) : 64)
            Secara etimologi (bahasa), al-qashash juga berarti urusan (al-amr), berita (khabar), dan keadaan (hal).[2] Dalam bahasa Indonesia, kata itu diterjemahkan dengan kisah yang berarti kejadian (riwayat, dan sebagainya).[3] Qashash Al-Qur’an, yaitu berita-berita tentang keadaan umat di masa lalu. Sejarah umat, menyebutkan negeri-negeri dan kampung-kampung mereka itu.Membahas bekas-bekas peninggalan tiap-tiap orang hidup berkelompok. Mencerminkan perihal mereka dalam bentuk bicara tentang apa yang mereka kerjakan.[4]Kemudian qashash juga berarti berita yang berurutan. Seperti firman Allah: 

Artinya :“Sesungguhnya ini adalah berita yang benar” (Al-Imran: 62).
  
Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Q.S Yusuf :111
Maksudnya, Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.
Adapun dalam  pengertian terminologi (istilah) Qashash al-Quran adalah kisah-kisah dalam Al-Qur’an tentang para Nabi dan Rasul mereka serta peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang.Hal senada juga dikemukakan oleh Manna’ Al-Qathan, bahwa qashash Al-Qur’an adalah pemberitaan Al-Qur’an tentang hal ihwal umat yang telah lalu, nubuwat yang terdahulu, dan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi.Berdasarkan pengertian di atas, maka dapatlah kita katakan bahwa kisah-kisah yang dimuat dalam Al-Qur’an semuanya cerita yang benar-benar terjadi, tidak ada cerita fiksi, khayal, apalagi dongeng.
·         Menurut Ibn Manzur, kisah berasal dari bahasa Arab qashsha, yaqushshu,  qishshatan yang berarti potongan, berita yang diikuti dan pelacakan jejak (Ibn Manzur, 1979:3650-3651)
Kisah dalam ketiga arti ini dipergunakan juga dalam surah; Ali Imran [3:62]; Al-A’raf [7:7, 176]; Yunus [12:3, 111]; al-Kahfi [18:64]; Taha [20:99]; al-Qashas [28:11, 25]; an-Naml [27:76]
Dalam al-Quran kisah sering digunakan sebagai media untuk menyampaikan ajaran, bahkan ada beberapa surah secara dominan menyajikannya, seperti surah Yusuf [12], al-Kahfi [18], al-Anbiya [21] dan al-Qashas [28]. Pendeknya, kisah ini bukan merupakan karya sastra yang bebas baik dalam tema, teknik pemaparan ataupun setting peristiwa-peristiwanya, sebagaimana terdapat dalam kisah pada umumnya, melainkan sebagai suatu media al-Quran untuk mencapai tujuan yang mulia.
Kisah-kisah Al-Qur’an pada umumnya mengandung tiga unsure
1.      Unsur Pelaku (as-sakhsiyyat)
2.      Unsure Peristiwa (ahdats)
3.      Unsure Dialog (al-hiwar)
Ketiga unsure ini terdapat pada hampir seluruh kisah yang ada didalam Al-Qur’an seperti lazimnya kisah-kisah biasa. Namun peran ketiga unsure itu tidaklah sama, sebab boleh jadi salah satunya hilang. Satu-satunya pengecualian ialah Kisah Nabi Yusuf, yang mengandung ketiga unsure itu dan terbagi menurut teknik kisah biasa. Cara-cara semacam ini tidak ditemui pada kisah yang lain. Dikarenakan kisah Al-Qur’an pada umumnya bersifat pendek (uqshush).[5]
1.      Pelaku
Pelaku kisah-kisah yang terdapat dalam Al-Qur’an tidak hanya Manusia, tetapi juga Malaikat, Jin, bahkan Burung dan Semut.
a.      Binatang
Seperti Semut yang terdapat pada kisah Nabi Sulaiman pada Surat An-Naml (27) ayat 18-19 :
  
18. hingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut: Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari";19. Maka Dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) Perkataan semut itu. dan Dia berdoa: "Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh". Q.S An-Naml 18-19.
Semut, sebagai pelaku kisah yang dijelaskan ayat diatas, memperingatkan teman-temannya agar tidak terinjak oleh Nabi Sulaiman dengan bala tentaranya.Contoh lainnya adalah burung Hud-hud yang menjadi mata-mata bagi Nabi Sulaiman untuk memberikan informasi tentang kerajaan Saba’ yang dipimpin Ratu Balkis. (QS. An-Naml (27) ayat 20).
b.       Malaikat
Contoh adalah kisah malaikat yang terdapat dalam suratHud (11) ayat 69-83. Ayat itu mengisahkan bahwa malaikat-malaikat dating kepada Nabi Ibrahim dan Nabi Luth dengan menjelma sebagai tamu. Demikian pula malaikat datang kepada Maryam dalam bentuk manusia, sebagaimana dikisahkan dalam suratMaryam (10) ayat 10-21.
c.       Jin
Dalam kisah Nabi Sulaiman, jin digambarkan mempunyai bentuk gemanya dapat dilihat pada syair jahili sebelum Nabi Muhammad SAW., terutama syair-syair An-Nabighah. Dalam kisah ini, di antara jin-jin itu ada yang menjadi tukang selam (ghawas), arsitek (banna), pemahat, pembuat patung, dan sebagainya, seperti dijelaskan pada surat Saba’ (34) ayat 12.
d.      Manusia
Dalam kisah-kisah Al-Qur’an yang pelakunya berupa manusia, lebih banyak diceritakan tentang laki-laki dari pada wanita.Diantara mereka adalah para Nabi, orang biasa (Seperti Fir’aun), dan lainnya.Adapun pelaku kisah dari kalangan wanita diantaranya adalah Maryam dan Hawa. Perlu dicatat bahwa perempuan dalam Al-Qur’an selalu disebut dengan kata “orang perempuan” (imra’ah) baik sudah menikah maupun belum, sebagaimana dapat dilihat pada surat An-Naml (27) ayat 23, atau kata  “perempuan Nuh”, “perempuan Ibrahim”, dan sebagainya.
2.      Peristiwa
Tidak dapat dibayangkan adanya pelaku tanpa peristiwa yang dialaminya.Oleh karena itu hubungan antara peristiwa dengan pelaku pada setiap kisah amatlah jelas karena kedua hal itu merupakan unsur-unsur pokok suatu kisah. Adapun peristiwa itu sendiri dapat dibagi menjadi tiga bagian :
a.       Peristiwa yang berkelanjutan
Misalnya, seorang Nabi diutus kepada suatu kaum, kemudian mereka mendustakannya dan meminta ayat-ayat (bukti) yang menunjukan kebenaran dakwah dan kerasulannya.Kemudian datanglah ayat (bukti) yang mereka minta, tetapi mereka tetap saja mendustakannya.
b.      Peristiwa yang dianggap luar biasa
Yaitu peristiwa-peristiwa yang didatangkan Allah melalui para Rasul-Nya sebagai bukti kebenarannya, seperti mukjizat-mukjizatnya para Nabi. Simaklah suratAl-Maidah (5) ayat 110-115.
  
Artinya :
(Ingatlah), ketika Allah mengatakan: "Hai Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu aku menguatkan kamu dengan Ruhul qudus. kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian dan sesudah dewasa; dan (ingatlah) di waktu aku mengajar kamu menulis, hikmah, Taurat dan Injil, dan (ingatlah pula) diwaktu kamu membentuk dari tanah (suatu bentuk) yang berupa burung dengan ijin-Ku, kemudian kamu meniup kepadanya, lalu bentuk itu menjadi burung (yang sebenarnya) dengan seizin-Ku. dan (ingatlah) di waktu kamu menyembuhkan orang yang buta sejak dalam kandungan ibu dan orang yang berpenyakit sopak dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu kamu mengeluarkan orang mati dari kubur (menjadi hidup) dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu aku menghalangi Bani Israil (dari keinginan mereka membunuh kamu) di kala kamu mengemukakan kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, lalu orang-orang kafir diantara mereka berkata: "Ini tidak lain melainkan sihir yang nyata".111. dan (ingatlah), ketika aku ilhamkan kepada pengikut Isa yang setia: "Berimanlah kamu kepada-Ku dan kepada rasul-Ku". mereka menjawab: Kami telah beriman dan saksikanlah (wahai Rasul) bahwa Sesungguhnya Kami adalah orang-orang yang patuh (kepada seruanmu)".112. (ingatlah), ketika Pengikut-pengikut Isa berkata: "Hai Isa putera Maryam, sanggupkah Tuhanmu menurunkan hidangan dari langit kepada kami?". Isa menjawab: "Bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang yang beriman".113. mereka berkata: "Kami ingin memakan hidangan itu dan supaya tenteram hati Kami dan supaya Kami yakin bahwa kamu telah berkata benar kepada Kami, dan Kami menjadi orang-orang yang menyaksikan hidangan itu".114. Isa putera Maryam berdoa: "Ya Tuhan Kami turunkanlah kiranya kepada Kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi Kami Yaitu orang-orang yang bersama Kami dan yang datang sesudah Kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau; beri rzekilah Kami, dan Engkaulah pemberi rezki yang paling Utama".115. Allah berfirman: "Sesungguhnya aku akan menurunkan hidangan itu kepadamu, Barangsiapa yang kafir di antaramu sesudah (turun hidangan itu), Maka Sesungguhnya aku akan menyiksanya dengan siksaan yang tidak pernah aku timpakan kepada seorangpun di antara umat manusia". Q.S Al-Maidah 110-115

c.       Peristiwa yang dianggap biasa
Yaitu peristiwa biasa yang dilakukan oleh orang-orang yang dikenal sebagai tokoh, baik Rasul maupun bukan, sebagai manusia biasa yang makan dan minum. Simaklah firman Allah pada suratAl-Maidah (5) ayat 116-118
Artinya :
 Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: "Hai Isa putera Maryam, Adakah kamu mengatakan kepada manusia: "Jadikanlah aku dan ibuku dua orang Tuhan selain Allah?". Isa menjawab: "Maha suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). jika aku pernah mengatakan Maka tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha mengetahui perkara yang ghaib-ghaib".117. aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan)nya Yaitu: "Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu", dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan Aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. dan Engkau adalah Maha menyaksikan atas segala sesuatu.118. jika Engkau menyiksa mereka, Maka Sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau, dan jika Engkau mengampuni mereka, Maka Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Q.S Al-Maidah 116-118
3.      Percakapan (Dialog)
Tidak semua kisah mengandung percakapan, seperti kisah yang bermaksud menakuti-nakuti, tetapi ada pula kisah yang sangat menonjol percakapannya seperti kisah Nabi Adam a.s dalam surat Al-A’raf  (7) ayat 11-25, surat Thaha (20) ayat 9-99, dan lainnya.[6]
  
Artinya :
Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada Para Malaikat: "Bersujudlah kamu kepada Adam", Maka merekapun bersujud kecuali iblis. Dia tidak Termasuk mereka yang bersujud.12. Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu aku menyuruhmu?" Menjawab iblis "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang Dia Engkau ciptakan dari tanah".13. Allah berfirman: "Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, Maka keluarlah, Sesungguhnya kamu Termasuk orang-orang yang hina".14. iblis menjawab: "Beri tangguhlah saya[529] sampai waktu mereka dibangkitkan".15. Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu Termasuk mereka yang diberi tangguh."16. iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus,17. kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).18. Allah berfirman: "Keluarlah kamu dari surga itu sebagai orang terhina lagi terusir. Sesungguhnya Barangsiapa di antara mereka mengikuti kamu, benar-benar aku akan mengisi neraka Jahannam dengan kamu semuanya".19. (dan Allah berfirman): "Hai Adam bertempat tinggallah kamu dan isterimu di surga serta makanlah olehmu berdua (buah-buahan) di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua Termasuk orang-orang yang zalim."20. Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk Menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka Yaitu auratnya dan syaitan berkata: "Tuhan kamu tidak melarangmu dan mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi Malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga)".21. dan Dia (syaitan) bersumpah kepada keduanya. "Sesungguhnya saya adalah Termasuk orang yang memberi nasehat kepada kamu berdua",22. Maka syaitan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. kemudian Tuhan mereka menyeru mereka: "Bukankah aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan aku katakan kepadamu: "Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?"23. keduanya berkata: "Ya Tuhan Kami, Kami telah Menganiaya diri Kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni Kami dan memberi rahmat kepada Kami, niscaya pastilah Kami Termasuk orang-orang yang merugi.24. Allah berfirman: "Turunlah kamu sekalian, sebahagian kamu menjadi musuh bagi sebahagian yang lain. dan kamu mempunyai tempat kediaman dan kesenangan (tempat mencari kehidupan) di muka bumi sampai waktu yang telah ditentukan".25. Allah berfirman: "Di bumi itu kamu hidup dan di bumi itu kamu mati, dan dari bumi itu (pula) kamu akan dibangkitkan. Q.S Al-A’Raf : 11-25
[529] Maksudnya: janganlah saya dan anak cucu saya dimatikan sampai hari kiamat sehingga saya berkesempatan menggoda Adam dan anak cucunya.
B.     Macam-macam kisah dalam Al-Qur’an
Didalam Al-Qur’an itu ada tiga macam kisah :
1.      Dilihat dari sisi pelaku
Manna’ Al-Qaththan, membagi Qashash (kisah-kisah) Al-Qur’an dalam tiga bagian, yaitu :
a.       Kisah para nabi terdahulu
Bagian ini berisikan ajakan para nabi kepada kaumnya ; yaitu mengenai dakwah yang mereka jalankan kepada kaumnya. Mukjizat-mukjizat yang diberikan Allah Swt kepada mereka itu.Pendirian orang-orang yang menentang.Tahap-tahap dakwah dan perkembangannya.Akibat yang dirasakan oleh orang-orang yang beriman dan orang-orang yang mendustakan.Seperti kisah Nuh, Ibrahim, Musa, Harun, Isa, Muhammad, dan Nabi-nabi serta Rasul-rasul lainnya.
b.      Kisah yang berhubungan dengan kejadian pada masa lalu dan orang-orang yang tidak disebutkan kenabiannya
Kisah Al-Qur’an yang bersangkut dengan peristiwa-peristiwa yang sudah kabur (tidak jelas lagi).Dan orang-orang yang belum jelas kenabiannya. Seperti kisah orang-orang yang keluar dari kampung halamannya, Thalut dan Jalut, anak-anak Adam, penghuni gua, Dzulkarnain, Qarun, Ashab As-Sabti (para pelanggar ketentuan hari sabtu), Maryam, Ashab-Al-Fiil (Pasukan Abrahah yang berkendaraan kuda ketika menyerang Ka’bah), dan lainnya
c.       Kisah yang terjadi pada masa Rasulullah
Kisah yang bersangkutan dengan kejadian-kejadian dimasa Rasul.Seperti kisah perang Uhud, Tabuk, Badar, kisah Hijrah Rasulullah dari pengikutnya ke Madina, Isra’ dari mesjid Al-Haram ke Al-Aqsa, dan sebagainya.[7]

2.      Dilihat dari panjang pendeknya
Dilihat dari panjang pendeknya, kisah-kisah Al-Qur’an dapat bagi dalam tiga bagian :
a.      Kisah panjang, contohnya kisah-kisah Nabi Yunus dalam surat Yunus (12)  yang hampir seluruh ayatnya mengungkapkan kehidupan Nabi Yusuf, sejak masa kanak-kanaknya sampai dewasa dan memiliki kekuasaan.
b.      Kisah yang lebih pendek dari bagian yang pertama, seperti kisah Maryam dalam surat Maryam (19), kisah Ashab Al-Kahfi pada surat Al-Kahfi (18), kisah nabi Adam dalam surat Al-Baqarah (21), dan surat Thaha yang terdiri atas sepuluh atau beberapa belas ayat saja.
c.       Kisah pendek, yaitu kisah yang jumlahnya kurang dari sepuluh ayat, misalnya kisah nabi Hud dan Nabi Luth dalam surat Al-A’raf (7), kisah Nabi Shalih dalam surat Hud (11), dan lain-lain.[8]
3.      Dilihat dari jenisnya
Menurut M. Khalafullah, dilihat dari segi jenisnya kisah-kisah Al-Qur’an dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :
a.       Kisah sejarah (al-qishash  al-tarikhiyyah), yakni kisah yang berkisar tentang tokoh-tokoh sejarah, seperti para Nabi dan Rasul.
b.      Kisah sejarah (al-qishash al tamtsiliyyah), yakni kisah yang menyebutkan suatu peristiwa untuk menerangkan dan memperjelas suatu pengertian. Peristiwa itu tidak benar-benar terjadi, tetapi hanya perkiraan dan khayalan semata.
c.       Kisah asatir, yakni kisah yang didasarkan atas suatu asatir. Kisah semacam ini pada umumnya bertujuan mewujudkan tujuan-tujuan ilmiah atau menafsirkan, gejala-gejala yang ada, atau menguraikan sesuatu persoalan yang sukar diterima akal.[9]

C.    Faedah Kisah Al-Qur’an
Kisah Al-Qur’an itu ada mempunyai beberapa faedah yang bagus, yang terpenting ialah :
Pertama, menjelaskan asas dakwah kepada Allah, dan menerangkan sendi-sendi syariat yang dengan syariat itulah diutus Nabi-nabi.[10] Dalam hal ini, Allah telah berfirman dalam surat Al-anbiya (21) ayat 25 :
Artinya :
Dan Kami tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, Maka sembahlah olehmu sekalian akan aku". (QS A-l-Anbiya (21) : 25)
Kedua, menetapkan hati Rasul dan hati umat Muhammad terhadap agama Allah.Dan lebih menekankan benarnya orang-orang Mukmin denan pertolongan dan tentaranya dan menghina yang bathil.[11] Faedah ini tercantum dalam Firman Allah SWT Al-Qur’an suratHud (21) ayat 120:
  
Artinya :
Dan semua kisah dari Rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman. (QS. Hud (11) : 120)
Ketiga, membenarkan Nabi0nabi terdahulu dan mengingatkan kebali jejak-jejak mereka.
Keempat, memperlihatkan kebenaran Nabi Muhammad dalam penuturannya mengenai orang-orang terdahulu.
Kelima, Membuktikan kekeliruan ahli kitab yang telah menyembunyikan keterangan dan petunjuk. Disamping itu, kisah-kisah itu memperlihatkan isi kitab suci mereka sesungguhnya, sebelum dirubah dan direduksi, sebagaimana dijelaskan firman Allah pada surat Al-Imran (3) ayat (93) :
  
Artinya :
 Semua makanan adalah halal bagi Bani Israil melainkan makanan yang diharamkan oleh Israil (Ya'qub) untuk dirinya sendiri sebelum Taurat diturunkan[212]. Katakanlah: "(Jika kamu mengatakan ada makanan yang diharamkan sebelum turun Taurat), Maka bawalah Taurat itu, lalu bacalah Dia jika kamu orang-orang yang benar".
Keenam, kisah merupakan salah satu bentuk sastar yang menarik bagi setiap pendengarnya dan memberikan pengajaran yang tertanam didalam jiwa.[12] Sebagaimana dijelaskan firman Allah dalam surat Yusuf ayat 111 :

Artinya :
 Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.
  D.    Ibrah penggunaan Nama, Gelar, Tokoh dalam Qashash
Pelaku kisah dalam Al-Qur’an tidak jarang disebutkan namanya langsung, umpamanya :
1.      Nama Nabi, seperti :
a.       Adam (QS.Al-Baqarah (ayat 31, 33, 34, 35, 37);
b.      Nuh (QS.Hud ayat 25, 32, 42, 45, 46, 48, 89);
c.       Idris (QS. Maryam  ayat 57 dan QS.Al-Anbiya ayat 85);
d.      Ibrahim (QS.Hud ayat 69, 74, 75, 76);
e.       Isma’il (QS.Al-Baqarah  ayat 125,127,133,136,140);
f.       Ishaq (QS.Al-Baqarah  ayat 132,133,136,140);
g.      Ya’qub (QS.Al-Baqarah  ayat 132, 133, 136, 140
2.      Nama malaikat, seperti :
a.       Jibril (QS.At-Tahrim ayat 4 dan QS. Al-Baqarah (2) ayat 97, 98);
b.      Mika’il (QS.Al-Baqarah ayat 98).
3.      Nama sahabat, seperti :
a.       Nama Sahabat, seperti Zaid bin Harist (QS.Al-Ahzab ayat 37)
4.      Nama tokoh terdahulu non-Nabi dan Rasul, seperti:
a.       Imran (QS.Ali-Imran ayat 33, 35);
b.      Uzair (QS.Yunus ayat 30); dan
c.       Tuba’ (QS.Ad-Dukhan ayat 37)
5.      Nama Wanita,seperti:
a.      Maryam (QS.Ali-Imran ayat 36, 37, 42, 43, 45)
b.      Ba’al pada ayat atad ‘una (QS. Ash-shaffat (37) ayat 125).
Disamping nama pelaku, Al-Quran juga menuturkan gelar pelaku kisah, seperti Abu Lahab pada Q.S Al-Lahab ayat 1, namanya sendiri adalah Abdul Uzza.[13]

Adapun rahasia dari penggunaan nama gelar dan tokoh dalam kisah adalah:
·         Kita dapat mencontoh kisah-kisah kehidupan para Nabi, orang-orang yang beriman dan beramal saleh;
·         Memudahkan kita untuk  mengingat kisah-kisah tersebut;
·         Memudahkan kita dalam memahami maksud dan tujuan kandungan kisah dalam Al-Qur’an.
   E.     Perulangan dari kisah Al-Qur’an dan Hikmahnya
Al-Qur’an banyak mengandung kisah yang pengungkapannya diulang-ulang dibeberapa tempat. Berikut ini dikemukakan contoh pengulangan itu :
1.      Kisah Iblis yang tidak mau tnduk kepada Adam : Surat Al-Baqarah (2) ayat 34; surat Al-A’raf (7) ayat 11; surat Hijr (15) ayat 31; surat Al-Isra’ (17) ayat 61; surat Al-Kahfi (18) ayat 50; surat Thaha (20) ayat 116, surat Shad (38) ayat 74.
2.      Kisa kaum Nabi Luth yang melakukan perbuatan Homosesk: surat AL-A’raf (7) ayat 80; surat Hud (11) ayat 78; surat An-Naml (27) ayat 54-55; surat Al-Ankabut (29) ayat 29
3.      Kisah Istri Nabi Luth yang dibinasakan: suratAl-A’raf (7) ayat 83; surat Hud (11) ayat 81; surat Al-Hijr (15) ayat 60; surat Asy-Syura (26) ayat 171; surat An-Naml (27) ayat 57.
4.      Kisah Nabi Musa dan tongkatnya: surat Al-Baqarah (2) ayat 60; surat Al’A’raf (7) ayat 107 dan 117; surat Thaha (20) ayat 18,20,dan 22; surat Asy-Syura (26) ayat 63; surat An-Naml (27) ayat 10, dan surat Al-Qashash (28) ayat 31.
5.      Kisah percakapan Nabi Musa dengan Fir’aun: surat Al-A’raf (7) ayat 104 dan 106; surat Thaha (20) ayat 49-53,57,58.
6.      Kisah Malaikat yang bertamu kerumah Nabi Ibrahim: surat Hud (11) ayat 67-76; surat Al-Hijr (15) ayat 51-58; dan surat Adz-Dzariyyat (51) ayat 24-29
7.      Kisah percapakan Nabi Ibrahim dengan Bapaknya: surat Al-An’am (6) ayat 74; surat Maryam (19) ayat 42,43,45,46,47,48; surat Al-Anbiya’ (21) ayat 62, surat Asy-Syura 926) ayat 70-82; dan surat Ash-Shaffat (37) ayat 85.
8.      Kisah Nabi Ibrahim menerima kelahiran Ishaq: surat Hud (11) ayat 71; surat Ash-Shaffat (37) ayat 112, 113; surat Adz-Dzariyyat (51) ayat 28
9.      Kisah Nabi Sulaiman dapat menundukan angin: suratAl-Anbiya (21) ayat 81; surat Shad (38) ayat 36; dan surat Saba’ (34) ayat 12.
1 0.  Kisah orang Yahudi yang menyembah sapi: surat Al-Baqarah (2) ayat 51,92,93; surat An-Nisa’ (4) ayat 153; surat Al-A’raf (7) ayat 148; surat Thaha (20) ayat 88.
11.  Kisah Ya’juj dan Ma’juj: suratAl-Kahfi (18) ayat 94; surat Al-Anbiya’ (21) ayat 96.[14]
Di antara kisah-kisah tersebut ada yang hanya disebutkan sekali saja, seperti kisah Luqman dan pemuda Al-Kahfi, dan ada yang disebutkan berulang kali, menurut keperluan dan mashlahatnya. Pengulangan itu tidaklah dalam bentuk yang sama. Namun berbeda-beda bentuknya, kadang panjang, kadang pendek, kadang lembut dan kadang keras, kadang disebutkan beberapa bagian dari kisah tersebut di satu tempat dan tidak disebutkan di tempat lainnya.
Hikmah pengulangan tersebut adalah sebagai berikut:
  • Penjelasan tentang urgensi kisah tersebut. Karena pengulangannya menunjukkan bahwa kisah tersebut penting.
  • Penegasan kisah tersebut, agar lebih meresap ke dalam hati manusia.
  • Melihat kondisi zaman dan keadaan manusia pada saat itu. Oleh sebab itu, kisah-kisah dalam surat Makkiyah biasanya lebih keras dan lebih ringkas. Sementara kisah-kisah dalam surat-surat Madaniyah sebaliknya, lebih lembut dan lebih panjang.
  • Keterangan tentang indahnya balaghah Al Qur’an yang mampu menghadirkan kisah tersebut dalam bentuk yang berbeda-beda sesuai dengan situasi dan keadaannya.
  • Menunjukkan kebenaran Al Qur’an dan menunjukkan bahwa Al Qur’an berasal dari sisi Allah Ta’ala, di mana kisah-kisah tersebut dihadirkan dalam bentuk yang berbeda-beda tanpa terdapat kontroversi di dalamnya.[15]



Menurut Manna Al-Qaththan menjelaskan hikmah pengulangan kisah-kisah Al-Qur’an sebagai berikut:
·         Menjelaskan ketinggian kualitas Al-Qur’an
·         Memberikan perhatian yang yang besar terhadap kisah untuk menguatkan kesan dalam jiwa
·         Menunjukan kehebatan Mukjizat Al-Qur’an
·         Memperlihatkan adanya perbedaan tujuan diungkapkannya kisah tersebut.[16]




















BAB  III
PENUTUP
A.    Kesimpulan

a.       Secara etimologi (bahasa), Qashash adalah urusan (al-amr), berita (khabar), dan keadaan (hal). Dalam bahasa Indonesia, kata itu diterjemahkan dengan kisah yang berarti kejadian.Sedangkan secara terminologi (istilah) Qashash al-Quran adalah kisah-kisah dalam Al-Qur’an tentang para Nabi dan Rasul mereka serta peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang.
b.      - Kisah para nabi terdahulu.
-Kisah yang berhubungan dengan kejadian pada masa lalu dan orang-orang yang tidak disebutkan kenabiannya.
-Kisah yang terjadi pada masa Rasulullah.
c.       Faedah qashash dalam Al-Qur’an adalah:
-Pertama, menjelaskan asas dakwah kepada Allah, dan menerangkan sendi-sendi syariat yang dengan syariat itulah diutus Nabi-nabi.
-Kedua, menetapkan hati Rasul dan hati umat Muhammad terhadap agama Allah.
-Ketiga, membenarkan Nabi0nabi terdahulu dan mengingatkan kebali jejak-jejak mereka.
-Keempat, memperlihatkan kebenaran Nabi Muhammad dalam penuturannya mengenai orang-orang terdahulu.
-Kelima, Membuktikan kekeliruan ahli kitab yang telah menyembunyikan keterangan dan petunjuk.
-Keenam, kisah merupakan salah satu bentuk sastar yang menarik bagi setiap pendengarnya dan memberikan pengajaran yang tertanam didalam jiwa.
d. Adapun rahasia dari penggunaan nama gelar dan tokoh dalam kisah adalah:
-Kita dapat mencontoh kisah-kisah kehidupan para Nabi, orang-orang yang beriman dan beramal saleh;
-Memudahkan kita untuk  mengingat kisah-kisah tersebut;
-Memudahkan kita dalam memahami maksud dan tujuan kandungan kisah dalam Al-Qur’an.
e. Hikmah pengulangan tersebut adalah sebagai berikut:
-Penjelasan tentang urgensi kisah tersebut. Karena pengulangannya menunjukkan bahwa kisah tersebut penting.
-Penegasan kisah tersebut, agar lebih meresap ke dalam hati manusia.
-Melihat kondisi zaman dan keadaan manusia pada saat itu. Oleh sebab itu, kisah-kisah dalam surat Makkiyah biasanya lebih keras dan lebih ringkas. Sementara kisah-kisah dalam surat-surat Madaniyah sebaliknya, lebih lembut dan lebih panjang
-Menunjukkan kebenaran Al Qur’an dan menunjukkan bahwa Al Qur’an berasal dari sisi Allah Ta’ala, di mana kisah-kisah tersebut dihadirkan dalam bentuk yang berbeda-beda tanpa terdapat kontroversi di dalamnya
-Keterangan tentang indahnya balaghah Al Qur’an yang mampu menghadirkan kisah tersebut dalam bentuk yang berbeda-beda sesuai dengan situasi dan keadaannya.










DAFTAR  PUSTAKA

*      Al-Qathan, Manna’, Pembahasan ilmu Al-Qur’an, Jakarta :  PT Rineka Cipta ,1995
*      Anwar, Rosihon, Ilmu Tafsir, Bandung : Cv Pustaka Setia, 2000
*      http://Qashash(Kisah-Kisah)dalam-Alquran-Referens- Makalah-Ilmiah-ISTANA ILMU.html  #02-10-2011
*      www.wikipedia.com


[1] Manna’ Al-Qaththan, Mabahits fi Ulum Al-Quran,(Mansyurat Al-Ashr Al Hadits, 1973), h. 305.
[2]Manna’ Al-Qaththan, Mabahits fi Ulum Al-Quran, h. 306.
[3]Poerwadarminta, kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : (PN Balai Pustaka, 1984), h. 512.
[4] Mana’ul Quthan, Pembahasan ilmu Al-Qur’an, Jakarta :  (PT Rineka Cipta,1995), h. 145
[5] Hanafi, segi-segi kesusastraan pada kisah-kisah Al-Qur’an, Jakarta : (Pustaka Al-Husna, 1984),  h. 14.
[6] Rosihon Anwar, Ilmu Tafsir, Bandung :  (Cv Pustaka Setia,2000), h. 67-72
[7]Mana’ul Quthan, Pembahasan ilmu Al-Qur’an, h. 146
[8] Rosihon Anwar, Ilmu Tafsir h. 73.
[9]Hanafi, segi-segi kesusastraan pada kisah-kisah Al-Qur’an, h. 15-16
[10]Rosihon Anwar, Ilmu Tafsir h. 75
[11] Mana’ul Quthan, Pembahasan ilmu Al-Qur’an, h. 147
[12]Rosihon Anwar, Ilmu Tafsir h. 76
[13] Nama-nama para pelaku kisah dalam Al-Qur’an dilihat secara lengkap pada Muhammad bin Alawi Al-Maliki Al-Husni, Mutiara Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, terj. Rosihon Anwar, Pustaka Setia, Bandung, 1999, h. 369-376
[14] Penelusuran kisah-kisah ini berdasarkan penelitian yang dilakukan Sukmadjaja Asyrie dan Rosy Yusuf, Indez Al-Qur’an, Pustaka, Bandung, 1984.
[16] Manna’ A-Qaththan, Mabahits fi Ulum Al-Qur’an, h. 307-308