BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1. Latar
Belakang
Teknologi
merupakan bagian integral dalam setiap budaya. Makin maju suatu budaya, makin
banyak dan makin canggih teknologi yang digunakan. Meskipun demikian masih
banyak di antara kita yang tidak menyadari akan hal itu. Teknologi diterapkan
di semua bidang kehidupan, di antaranya bidang pendidikan. Teknologi pendidikan
ini karenanya beroperasi dalam seluruh bidang pendidikan secara integratif,
yaitu secara rasional berkembang dan terjalin dalam berbagai bidang pendidikan.
Teknologi
pendidikan adalah sebuah konsep yang sangat kompleks dan memiliki definisi yang
kompleks pula. Bilamana kita berfikir tentang Teknologi Pendidikan, kita dapat
memikirkannya dalam tiga cara yaitu sebagai konstruksi teoritik, sebagai bidang
garapan dan sebagai profesi. Agar kita dapat mendefinisikan sebagai tiga cara
tersebut maka kita hendaknya terlebih dahulu menganalisis masing-masing cara
tersebut sehingga kita dapat secara benar mendefinisikan Teknologi Pendidikan
sesuai dengan cara yang seharusnya. Ketiga cara tersebut adalah :
1. sebagai
konstruk teoritik (theoretical construct)
Sebuah
abstraksi yang mencakup serangkaian ide dan prinsip tentang cara bagaimana
pendidikan dan pembelajaran harus dilaksanakan dengan menggunakan teknologi.
2. sebagai
bidang garapan
Aplikasi
ide-ide dan prinsip-prinsip teoritik untuk memecahkan masalah-masalah konkret
dalam bidang pendidikan dan pembelajaran. Bidang tersebut meliputi
teknik-teknik yang digunakan, aktivitas yang dikerjakan, informasi dan sumber
yang digunakan, dan klien yang dilayani oleh para pelaksana dalam bidang
tersebut.
3. sebagai
profesi
Suatu
kelompok pelaksana tertentu yang diorganisasikan memenuhi kriteria tertentu,
memiliki tugas-tugas tertentu dan bergabung untuk membentuk bagian tertentu
dari bidang tersebut. Tidak satu pun dari tiga perspektif tersebut yang lebih
betul atau lebih baik, masing-masing merupakan cara yang berbeda dalam
memandang hal yang sama.
Oleh
karena itu, definisi Teknologi Pendidikan yang disajikan di sini akan
mengemukakan pengertian Teknologi Pendidikan dari ketiga perspektif tersebut
secara keseluruhan. Teknologi Pendidikan akan didefinisikan sebagai konstruk
teoritik – menunjukkan ide dan prinsip-prinsip serta bagaimana kesemuanya
disintesiskan menjadi satu kebulatan yang menyeluruh, sebagai bidang garapan –
menunjukkan aplikasi dan implikasi dalam praktek kehidupan sehari-hari; dan
sebagai profesi – identifikasi kriteria yang harus dipenuhi oleh kelompok yang
khusus bergerak di bidang ini.
2. Rumusan
Masalah
Adapun permasalahan yang akan
dibahas pada makalah ini adalah :
a. Bagaimana peranan teknologi pendidikan
dalam konstruk teoritik bidang garapan dan profesi?
3. Tujuan
dan Manfaat
Berdasarkan rumusan masalah
tersebut, maka makalah ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peranan
Teknologi Pendidikan dalam konstruk teoritik bidang garapan dan profesi.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
1.
Teknologi
Pendidikan Sebagai Konstruk Teori
Pemecahan
masalah dalam teknologi pendidikan adalah bagaimana sumber belajar itu
didesain, dipilih dan digunakan untuk menciptakan kegiatan belajar.
Paradigma baru pada teknologi pendidikan memberikan suatu pendekatan baru dalam memecahkan masalah-masalah pendidikan, namun demikian pendekatan baru tersebut merupakan penjabaran dan perluasan dari konsep-konsep terdahulu. Dengan demikian secara langsung masih berhubungan dengan definisi dan diskripsi bidang teknologi pendidikan yang dihasilkan sebelumnya.
Paradigma baru pada teknologi pendidikan memberikan suatu pendekatan baru dalam memecahkan masalah-masalah pendidikan, namun demikian pendekatan baru tersebut merupakan penjabaran dan perluasan dari konsep-konsep terdahulu. Dengan demikian secara langsung masih berhubungan dengan definisi dan diskripsi bidang teknologi pendidikan yang dihasilkan sebelumnya.
Teknologi Pendidikan sebagai
konstruk teori mencakup serangkaian ide dan prinsip tentang bagaimana cara pendidikan
dan pembelajaran harus dilaksanakan dengan menggunakan teknologi. Suatu prinsip
umum yang didukung oleh data sebagai penjelasan terhadap sekelompok gejala atau
suatu pernyataan tentang hubungan yang berlaku terhadap sejumlah fakta. Suatu
prinsip atau serangkaian prinsip yang menerangkan hubungan antara berbagai
fakta dan meramalkan hasil baru berdasarkan fakta tersebut.
Teknologi Pendidikan adalah proses
kompleks yang terintegrasi meliputi orang, prosedur, gagasan, sarana dan
organisasi untuk menganalisis masalah dan merancang, melaksanakan, menilai dan
mengelola pemecahan masalah dalam segala aspek belajar manusia ( AECT, 1977 ).
Teknologi pendidikan adalah suatu
proses terpadu yang melibatkan orang, prosedur, gagasan, peralatan, dan
organisasi untuk menganalisa masalah-masalah pendidikan dan cara pemecahan,
mengimplemintasikan, mengevaluasi dan mengelola pemecahan masalah yang
berkenaan dengan semua aspek belajar manusia. Pemecahan masalah dalam teknologi
pendidikan adalah bagaimana sumber belajar itu didesain, dipilih dan digunakan
untuk menciptakan kegiatan belajar.
Paradigma baru pada teknologi
pendidikan memberikan suatu pendekatan baru dalam memecahkan masalah-masalah
pendidikan , namun demikian pendekatan baru tersebut merupakan penjabaran dan
perluasan dari konsep-konsep terdahulu. Dengan demikian secara langsung masih
berhubungan dengan definisi dan diskripsi bidang teknologi pendidikan yang
dihasilkan sebelumnya.[1]
Untuk
mendefinisikan Teknologi Pendidikan sebagai konstruksi teoritik hanya diperlukan
karakteristik pertama di atas; suatu kesatuan teori intelektual yang selalu
dikembangkan melalui kegiatan penelitian.
Istilah
teori yang dalam pembicaraan sehari-hari sering digunakan sebagai lawan kata
praktek, yang mempunyai arti yang jelas yaitu : suatu prinsip umum yang
didukung oleh data sebagai penjelasan terhadap sekelompok gejala atau suatu
pernyataan tentang hubungan yang berlaku terhadap sejumlah fakta, suatu prinsip
atau serangkaian prinsip yang menerangkan hubungan antara berbagai fakta dan
meramalkan hasil baru berdasarkan fakta tersebut.
Karakteristik
teori dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
a.
Adanya suatu gejala – harus masih ada beberapa gejala yang belum difahami
sejelas-jelasnya menurut pengetahuan yang ada sekarang;
b.
Menjelaskan – sebuah teori memberikan penjelasan tentang mengapa atau bagaimana
gejala itu terjadi (sebagai kebalikan dari penegasan sederhana terhadap
eksistensi suatu gejala);
c.
Merangkum – sebuah teori memberikan rangkuman tentang apa yang telah diketahui
tentang hubungan antara sejumlah besar informasi empiric, konsep dan generalisasi;
d.
Memberikan orientasi – menentukan dan mempertajam fakta-fakta yang akan
diteliti (dipelajari) serta membedakan antara data yang relevan dengan data
yang tidak relevan;
e.
Mensistematiskan – memberikan skema unutuk mensistematiskan, mengklasifikasikan
dan menghubungkan segala gejala, postulat dan dalil yang serasi;
f.
Mengidentifikasi kesenjangan – mencari bidang-bidang yang relevan namun
diabaikan atau belum dipecahkan pada masa kini maupun buat studi di masa
mendatang;
g.
Melahirkan strategi untuk keperluan riset – memberikan dasar untuk merumuskan
hipotesis baru dan melaksanakan riset lebih mendalam berdasar atas penjelasan
tersebut;
h.
Prediksi – dapat mengungkap hal-hal melebihi dari apa yang bisa diketahui
berdasar atas data empiric sehingga dapat membuat estimasi dan memprediksi
fakta baru dan hipotesis yang belum diketahui pada saat sekarang. [2]
2.
Teknologi
Pendidikan Sebagai Bidang Garapan
Teknologi Pendidikan sebagai bidang
garapan merupakan aplikasi dari ide dan prinsip teoritik untuk memecahkan
masalah kongkrit dalam bidang pendidikan dan pembelajaran ( teknik yang
digunakan, aktivitas yang dikerjakan, informasi dan sumber yang digunakan dan
klien yang dilayani ). Lingkungan kegiatan yang merangkum komponen konsep, keterampilan
dan prosedur serta memadukannya dalam bentuk aplikasi baru.
Teknologi pendidikan merupakan suatu
disiplin terapan, artinya ia berkembang karena adanya kebutuhan di lapangan,
yaitu kebutuhan untuk belajar lebih efektif, lebih efisien, lebih banyak, lebih
luas, lebih cepat dan sebagainya. Untuk itu ada usaha dan produk yang sengaja
di buat dan ada yang ditemukan dan dimanfaatkan. Namun perkembangan teknologi
komunikasi dan informasi yang sangat pesat akhir-akhir ini, menawarkan sejumlah
kemungkinan yang semula tidak terbayangkan, telah membalik cara berpikir kita
dengan bagaimana mengambil manfaat teknologi tersebut untuk mengatasi masalah
belajar.
Berdasarkan uraian tentang obyek
formal teknologi pendidikan dan profesi teknolog pendidikan, dapat disimpulkan
bahwa bidang garapan teknologi pendidikan meliputi segala sesuatu dimana ada
masalah belajar yang perlu dipecahkan.
Bertolak dari sejarah perkembangan garapan teknologi pendidikan, Saettler ( 1968, hal. 10-14 ) berpendapat bahwa awal muasal penggarapan masalah belajar adalah kaum Sufi pada sekitar abad 600 SM. Mereka merupakan penjajah ilmu pengetahuan yang mengajarkan ilmunya kepada para peserta-didik dengan berbagai cara, seperti misalnya dengan cara dialektik, dialogik, ceramah, dan penggunaan bahasa tubuh(body language ) seperti gerakan wajah, gerakan tangan dan sebagainya, dengan maksud agar menarik perhatian dan agar ilmunya dapat ditransfer dengan baik. Ashby ( 1972, hal. 9-10 ) berpendapat bahwa dalam dunia pendidikan telah berlangsung empat revolusi, yaitu pertama diserahkannya pendidikan anak dari orang tua atau keluarga kepada guru, kedua guru yang diserahi tanggung jawab mendidik, melakukannya secara verbal dan unjuk kerja, ketiga dengan ditemukannya mesin cetak sehingga bahan pelajaran dapat diperbanyak dan digunakan lebih luas, dan keempat dengan berkembangnya secara pesat teknologi elektronik, terutama media komunikasi. Sekarang ini mungkin perlu ditambah dengan revolusi kelima dengan berkembangnya teknologi informasi yang serba digital.
Bertolak dari sejarah perkembangan garapan teknologi pendidikan, Saettler ( 1968, hal. 10-14 ) berpendapat bahwa awal muasal penggarapan masalah belajar adalah kaum Sufi pada sekitar abad 600 SM. Mereka merupakan penjajah ilmu pengetahuan yang mengajarkan ilmunya kepada para peserta-didik dengan berbagai cara, seperti misalnya dengan cara dialektik, dialogik, ceramah, dan penggunaan bahasa tubuh(body language ) seperti gerakan wajah, gerakan tangan dan sebagainya, dengan maksud agar menarik perhatian dan agar ilmunya dapat ditransfer dengan baik. Ashby ( 1972, hal. 9-10 ) berpendapat bahwa dalam dunia pendidikan telah berlangsung empat revolusi, yaitu pertama diserahkannya pendidikan anak dari orang tua atau keluarga kepada guru, kedua guru yang diserahi tanggung jawab mendidik, melakukannya secara verbal dan unjuk kerja, ketiga dengan ditemukannya mesin cetak sehingga bahan pelajaran dapat diperbanyak dan digunakan lebih luas, dan keempat dengan berkembangnya secara pesat teknologi elektronik, terutama media komunikasi. Sekarang ini mungkin perlu ditambah dengan revolusi kelima dengan berkembangnya teknologi informasi yang serba digital.
Dalam lingkup pendidikan formal,
sejarah teknologi pendidikan dapat diruntut dari ilustrasi atau gambar untuk
menjelaskan konsep yang abstrak ( Thompson,1963, hal. 42 ). Praktisi teknologi
pendidikan dapat merupakan guru yang menerapkan strategi pembelajaran dengan
pendekatan PAIKEM ( Pembelajaran Aktif, Intaraktif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan ) sesuai dengan tuntutan dalam pembaharuan pendidikan. Guru
tersebut mungkin memperoleh keterampilan pembelajaran setelah mengikuti program
Akta Mengajar, atau mengikuti penataran, atau magang, atau pelatihan khusus
yang dilaksanakan oleh yang berwenang. Praktisi tersebut mungkin pula seseorang
yang mempunyai hobi elektronik, kemudian belajar sendiri bagaimana membuat
rekaman pembelajaran berupa PBK ( pembelajaran berbantuan komputer ), atau
rekaman video berupa permainan yang mendidik ( Miarso, 2007 ).
Masalah belajar itu dialami oleh siapa saja sepanjang hidupnya, dimana-mana, di rumah, di sekolah, di tempat kerja, di tempat ibadah, dan di masyarakat, serta berlangsung dengan cara apa saja dan dari apa dan siapa saja. Berkembangnya teknologi pendidikan tentu saja berbeda-beda sesuai dengan kondisi dan kebutuhan. [3]
Masalah belajar itu dialami oleh siapa saja sepanjang hidupnya, dimana-mana, di rumah, di sekolah, di tempat kerja, di tempat ibadah, dan di masyarakat, serta berlangsung dengan cara apa saja dan dari apa dan siapa saja. Berkembangnya teknologi pendidikan tentu saja berbeda-beda sesuai dengan kondisi dan kebutuhan. [3]
Ada
tiga persyaratan atau karakteristik tambahan pada bidang garapan yaitu : teknik
intelektual, yaitu pendekatan yang digunakan untuk memecahkan masalah, aplikasi
praktis yaitu usaha untuk merealisasikan atau mengoperasionalkan pikiran, ide
dan proses sehingga menghasilkan produk yang dapat dilihat, dan keunikan bidang
garapan yaitu harus ada karakteristik khusus yang tidak dijumpai pada bidang
lain.
Teknik
Intelektual, adalah pendekatan yang digunakan oleh seseorang dalam mencari
pemecahan masalah. Teknologi pendidikan memiliki satu cara dalam pemecahan
masalah. Tiap fungsi pengembangan dan manajemen mempunyai teknik tersendiri
yang berkaitan dengannya. Teknik tersendiri dari teknologi pendidikan adalah
lebih dari jumlah bagian-bagiannya. Teknik itu melibatkan perpaduan sistematik
masing-masing teknologi dari fungsi-fungsi tersebut dan saling keterhubungannya
dalam satu proses terpadu dan kompleks untuk mengadakan analisi keseluruhan
masalah-masalah dan kemudian menciptakan metode-metode pemecahan baru.
Teknologi ini menghasilkan suatu akibat sinergistik, dengan menghasilkan
keluaran-keluaran diluar dugaan berbeda jika didasarkan pada unsur-unsur yang
bekerja secara terpisah dan sendiri-sendiri. Teknik intelektual yang asli itu
merupakan suatu yang khas dari teknologi pendidikan dan tidak ada bidang lain
yang mempergunakannya.
Aplikasi
praktis, mencakup usaha merealisasikan atau mengoperasionalkan fikiran, ide dan
proses. Aplikasi itu menghasilkan produk yang dapat dilihat. Sebagai contoh
seorang benar-benar melaksanakan eksperimen ilmiah atau melaksanakan kegiatan
pengembangan instruksional sesuai dengan langkah-langkah yang telah ditentukan
dalam mengaplikasikan teknik intelektual. Kecuali itu aplikasi praktis
menunjukkan bagaimana teknik intelektual itu dioperasionalkan dalam konteks
strutur organisasi dan institusi dimana bidang garapan itu beroperasi.
Keunikan,
berhubung definisi tersebut menunjukkan bahwa suatu bidang garapan memadukan
teknik intelektual dan aplikasi praktis yang diidentifikasi oleh definisi
tersebut haruslah merupakan hal unik bagi bidang garapan tersebut. Haruslah
tercermin karakteristik khusus yang tidak bisa dijumpai pada bidang lain. Jika
definisi tersebut dapat mewujudkan adanya teknik intelektual dan aplikasi
praktis yang unik, maka bidang garapan yang diidentifikasikan tersebut dengan
sendirinya dapat dikatakan unik pula.
Jadi,
definisi teknologi pendidikan sebagai bidang garapan, pertama-tama harus
mendefinisikannya sebagai konstruk teoritik, kemudian mengidentifikasi teknik
intelektual dan aplikasi praktis, serta kesemuanya menunjukkan keunikan bidang
garapan teknologi pendidikan.[4]
3.
Teknologi
Pendidikan Sebagai Profesi
Teknologi Pendidikan sebagai profesi
adalah suatu kelompok pelaksana yang diorganisasikan, memenuhi kriteria
tertentu, memiliki tugas tertentu, dan bergabung untuk membentuk bagian
tertentu dari bidang tersebut.
Setiap profesi harus terpenuhi
syarat-syarat teoritik dan bidang garapan untuk bisa menjadi profesi, dan
memiliki karakteristik lainnya, yaitu: pendidikan dan pelatihan yang memadai,
adanya komitmen terhadap tugas profesionalnya, adanya usaha untuk senantiasa
mengembangkan diri sesuai dengan kondisi lingkungan dan tuntutan zaman, adanya
standar etik yang harus dipatuhi, dan adanya lapangan pengabdian yang khas (
Miarso, 2007 ).
Pendidikan dan pelatihan dalam
teknologi pendidikan telah dimulai pada tahun 1972, berupa latihan untuk
pengembangan bahan ajar melalui radio. Pada tahun 1974 mulai diberikan mata kuliah
Teknologi Pendidikan di IKP Jakarta, dan pada tahun 1976 dibuka pendidikan
akademik jenjang Sarjana dalam program Teknologi Pendidikan melalui kerjasama
antara Tim Penyelenggara Teknologi Komunikasi untuk Pendidikan dan Kebudayaan
dengan IKIP Jakarta. Dua tahun kemudian pada tahun 1978 dibuka pendidikan
jenjang Magister dan Doktor Teknologi Pendidikan di IKIP Jakarta. Program
pendidikan tersebut merupakan bagian integral dari Proyek Pengembangan
Teknologi Komunikasi Untuk Pendidikan yang sekaligus bertujuan untuk membentuk
suatu lembaga yang bertanggung jawab mengkoordinasikan pengembangan teknologi
pendidikan di Indonesia ( Miarso, 2007 ).
Mereka yang berprofesi atau bergerak
dalam bidang teknologi pendidikan atau singkatnya disebut Teknolog Pendidikan,
harus mempunyai komitmen dalam melaksanakan tugas profesionalnya yaitu
terselenggaranya proses belajar bagi setiap orang, dengan dikembangkan dan
digunakannya berbagai sumber belajar selaras dengan karakteristik masing-masing
pembelajar ( learners ) serta perkembangan lingkungan. Karena lingkungan itu
senantiasa berubah, maka para Teknolog Pendidikan harus senantiasa mengikuti
perkembangan atau perubahan itu. Oleh karena itu, ia dituntut untuk selalu
mengembangkan diri sesuai dengan kondisi lingkungan dan tuntutan zaman,
termasuk selalu mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi.
Profesi ini bukan profesi yang
netral dan bebas nilai. Ia merupakan profesi yang memihak kepada kepentingan
pembelajar ( learners ) agar mereka memperoleh kesempatan untuk belajar agar
potensi dirinya dapat berkembang semaksimal mungkin. Profesi ini juga tidak
bebas nilai karena masih banyak pertimbangan lain seperti sosial, budaya,
ekonomi dan rekayasa yang mempengaruhi, sehingga tindakannya harus selaras
dengan situasi dan kondisi serta berwawasan ke masa depan.
Pada tahun 1987 didirikan Ikatan
Profesi Teknologi Pendidikan Indonesia (IPTPI) yang mempunyai Anggaran Dasar,
Anggaran Rumah Tangga dan Kode Etik. Dalam kode etik tersebut dicantumkan kewenangan
dan kewajiban, antara lain kewajiban untuk selalu mengikuti perkembangan IPTEK
dan lingkungan. Disamping itu, juga dirumuskan tanggung jawab profesi kepada
perorangan, masyarakat, rekan sejawat dan orgainisasi ( Miarso, 2007 ).
Profesi teknologi pendidikan,
sebagaimana halnya semua profesi yang baru, menghadapi tantangan yang inheren.
Salah satu tantangan yang dihadapi adalah pengakuan atas profesi teknologi
pendidikan. Pengakuan profesi tersebut selalu dikaitkan dengan jabatan
fungsional sebagai pegawai negeri. Padahal pendidikan keahlian teknologi
pendidikan pada prinsipnya tidak mendidik calon pegawai negeri, melainkan
mereka yang mampu mengabdi dan berkarya untuk mengatasi masalah belajar dimana
saja.
Jadi terpaksa kita harus mengikuti pengakuan
profesi sebagai jabatan fungsional pegawai negeri. [5]
Untuk
mendefinisikan teknologi pendidikan sebagai profesi, terlebih dulu harus
dipenuhi syarat-syarat untuk mendefinisikan bangunan teoritik dan bidang
garapan. Selanjutnya definisi tersebut harus mencerminkan semua karakteristik
profesi lainnya.
Latihan
dan Sertifikasi :
Latihan
dalam waktu yang lama diperlukan untuk mengembangkan spesialisasi dan teknisi
dalam profesi tersebut. Harus ada beberapa ketentuan tentang sifat-sifat
latihan, baik melalui peraturan pemerintah maupun melalui suatu sistem
akreditasi terhadap lembaga-lembaga latihan yang meliputi sifat dan isi
pendidikan profesional, standar sertifikasi, standar dan ketentuan penerimaan
calon peserta latihan, serta penempatan.
Standar
dan Etika :
Perumusan
etika menunjukkan bagaimana anggota profesi itu harus bertingkah laku.
Seperangkat standar memberikan petunjuk mengenai bahan, peralatan, dan
fasilitas yang digunakan oleh orang-orang dalam profesi tersebut. Namum
demikian, publikasi kode etik dan buku petunjuk tentang standar itu sendiri
tidaklah dapat memberi jaminan apa-apa. Profesionalisasi itu terjadi bilamana
dimungkinkan adanya pemaksaan yang kuat untuk melaksanakannya.
Kepemimpinan
:
Kepemimpinan
diperlukan untuk memanfaatkan setepat-tepatnya penemuan-penemuan yang ada
sekarang dan melihat kecenderungan di masa mendatang. Namun demikian untuk
menghindari keadaan banyaknya inovasi yang ada sekarang yang membuat pusing
karena desakan dari luar kita, maka kepemimpinan ini harus datang dari profesi
ini sendiri.
Asosiasi
dan Komunikasi :
Organisasi
profesi yang kuat diperlukan untuk mengembangkan dan mengimplementasikan
karakteristik lainnya terutama standar dan etika, kepemimpinan dan latihan.
Hanya organisasi yang kuat yang dapat memaksakan dengan sungguh-sungguh
aplikasi praktis, standar dan etika.Pengakuan sebagai profesi. Anggota profesi
harus mempercayai adanya profesi dan bahwa mereka menjadi anggotanya.
Eksistensi suatu profesi tidak dapat dipercayakan begitu saja kepada para pelaksana.
Mereka harus menginginkan berdirinya dan mengakui pentingnya organisasi
profesi. Mereka harus benar-benar menyadari akan keanggotaanya dalam organisasi
profesi tersebut. Kesadaran ini dimanifestasikan dalam bentuk berdirinya
asosiasi, terjelmanya ciri-ciri profesi lainnya dan penghargaan masyarakat umum
terhadap para pelaksana bahwa ada organisasi profesi di mana mereka menjadi
anggotanya.
Tanggung
Jawab Profesi :
Tidaklah
cukup bahwa suatu profesi itu hanya sekedar menggunakan teknik intelektual untuk
diaplikasikan secara praktis. Profesi harus juga mempertanggungjawabkan
penggunaan teknik intelektual tersebut. Profesi harus bertanggung jawab atas
penggunaan teknik intelektual dalam bekerja di masyarakat. Hendaknya senantiasa
diadakan pengkajian tentang nilai kegunaannya dan jika mungkin mengambil sikap
yang pasti terhadap masalah-masalah sosial yang dipengaruhi oleh hasil
pekerjaan profesi tersebut.
Hubungan
dengan profesi lain :
Mungkin
saja terdapat lebih dari satu profesi yang bekerja dalam bidang garapan
teknologi pendidikan ini. Masing-masing profesi ini satu sama lain saling
berhubungan baik secara eksplisit maupun implisit dalam beroperasi di bidang
garapan tersebut. Hubungan ini harus diketahui, diidentifikasi, dan
dikembangkan. [6]
BAB III
KESIMPULAN
1.
Kesimpulan
Teknologi Pendidikan merupakan
proses yang kompleks dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide,
peralatan, dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari jalan pemecahan,
melaksanakan, mengevaluasi, dan mengelola pemecahan masalah yang menyangkut
semua aspek belajar manusia dalam situasi di mana kegiatan belajar itu mempunyai
tujuan dan terkontrol.
Teknologi Pendidikan dapat membentuk
teori karena memenuhi kriteria teori, yaitu adanya gejala yang belum dipahami, menjelaskan
( mengapa dan bagaimana ), rangkuman tentang apa yang telah diketahui,
memberikan orientasi fakta yang diteliti, mensistematiskan, mengklasifikasi,
menghubungkan gejala, mengidentifikasi kesenjangan, melahirkan strategi untuk
keperluan riset, dan memprediksi
Teknologi pendidikan memiliki teknik intelektual, yaitu pendekatan yang digunakan untuk memecahkan masalah, aplikasi praktis yaitu usaha untuk merealisasikan atau mengoperasionalkan pikiran, ide dan proses sehingga menghasilkan produk yang dapat dilihat, dan unik yaitu harus ada karakteristik khusus yang tidak dijumpai pada bidang lain.
Teknologi pendidikan memiliki teknik intelektual, yaitu pendekatan yang digunakan untuk memecahkan masalah, aplikasi praktis yaitu usaha untuk merealisasikan atau mengoperasionalkan pikiran, ide dan proses sehingga menghasilkan produk yang dapat dilihat, dan unik yaitu harus ada karakteristik khusus yang tidak dijumpai pada bidang lain.
Teknologi Pendidikan juga memiliki
pendidikan dan pelatihan yang memadai, adanya komitmen terhadap tugas
profesionalnya, adanya usaha untuk senantiasa mengembangkan diri sesuai dengan
kondisi lingkungan dan tuntutan zaman, adanya standar etik yang harus dipatuhi,
dan adanya lapangan pengabdian yang khas.
2. Saran
2. Saran
Bagi siapa saja yang ingin lebih
mendalami konsep teknologi pendidikan sebagai konstruk teoritik bidang garapan
dan profesi, ada baiknya lebih memperbanyak referensi sebagai bahan acuan.
DAFTAR
PUSTAKA
http://miss-fajriah.blogspot.com//2012/04/teknologi-pendidikan-sebagai-konstruk.html?m=1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar