BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Anak adalah
titipan Tuhan yang harus kita jaga dan kita didik agar ia menjadi manusia yang
berguna dan tidak menyusahkan siapa saja. Secara umum anak mempunyai hak dan
kesempatan untuk berkembang sesuai potensinya terutama dalam bidang pendidikan.
Namun seringkali kita melihat perkembangan prestasi anak yang ternyata
tergolong memiliki bakat istimewa.
Setiap individu hendaknya mendapat kesempatan dan pelayanan untuk berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan, kecerdasan, bakat, minatnya, latar belakang dan lingkungan fisik serta sosial masing-masing siswa maka kemajuan belajar siswa yang setingkat (sekelas) mungkin tidak sama.
Setiap anak dipercaya memiliki bakat sendiri-sendiri. Namun bakat anak ini tidak bisa langsung terlihat begitu saja. Karenanya orang tua harus mengenali dan memahami bakat yang dimiliki anaknya. Dengan memahami bakat anak, akan lebih mudah dan terarah dalam mengembangkannya.
Setiap individu hendaknya mendapat kesempatan dan pelayanan untuk berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan, kecerdasan, bakat, minatnya, latar belakang dan lingkungan fisik serta sosial masing-masing siswa maka kemajuan belajar siswa yang setingkat (sekelas) mungkin tidak sama.
Setiap anak dipercaya memiliki bakat sendiri-sendiri. Namun bakat anak ini tidak bisa langsung terlihat begitu saja. Karenanya orang tua harus mengenali dan memahami bakat yang dimiliki anaknya. Dengan memahami bakat anak, akan lebih mudah dan terarah dalam mengembangkannya.
Psikologi Pendidikan adalah suatu ilmu yang mempelajari
tentang gejala-gejala kejiwaan terhadap anak didik dalam situasi pendidikan.
Psikologi disebut juga dengan ilmu jiwa. Mempelajari Psikologi Pendidikan
sangat penting apalagi bagi seorang pendidik, guna supaya terciptanya suatu kondisi
belajar yang efektif.Berbicara mengenai Psikologi Pendidikan sangat luas
pembicaraannya. Oleh karena itu dalam makalah ini akan dibatasi pada
persoalan-persoalan bakat dan hal-hal yang berkaitan dengannya. Mengingat hal
tersebut sangat berhubungan erat dalam pembentukan pribadi seseorang.
B. RUMUSAN
MASALAH
Adapun
rumusan masalah yang diangkat kali ini adalah :
1. Apakah
yang dimaksud dengan Bakat?
2. Apa saja Dimensi-Dimensi Pokok Bakat itu?
3. Bagaimanakah
caranya kita mengenal Bakat Seseorang?
4. Bagaimana
cara Mengembangkan Bakat?
C. TUJUAN
PENULISAN
1. Ingin
mengetahui Pengertian Bakat
2. Ingin
mengetahui Dimensi-Dimensi Pokok Bakat
3. Ingin
mengetahui caranya kita mengenal Bakat Seseorang
4. Ingin
mengetahui cara Mengembangkan Bakat
D. MANFAAT
PENULISAN
1. Memberi
pengetahuan kepada setiap individu, mengenai pengertian Bakat, Dimensi-Dimensi Pokok
Bakat, caranya kita mengenal Bakat Seseorang, dan cara Mengembangkan Bakat.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Bakat
Bakat
adalah suatu kondisi pada seseorang yang memungkinkannya dengan suatu latihan
khusus mencapai suatu kecakapan, pengetahuan, keterampilan khusus. Misalnya,
berupa kemampuan berbahasa, kemampuan bermain musik, dll. Seorang yang berbakat
musik, misalnya, dengan latihan yang sama dengan orang lain yang tidak berbakat
musik, akan lebih cepat menguasai keterampilan tersebut. Jadi, suatu kondisi
yang khusus pada seseorang berupa suatu potensi disertai latihan atau belajar,
dapat mengembangkan suatu kemahiran tertentu yang biasanya sifatnya khusus.
Maka seseorang yang memiliki berupa potensi musik, bila ia belajar musik akan
lebih cepat mahir dibandingkan dengan orang lain yang tidak mempunyai potensi
music. Potensi adalah gaya yang
tersedia pada seseorang yang memungkinkan berkembangnya ciri-ciri tertentu,
daya ini sudah ada sejak lahir, atau dibawa sejak lahir.[1]
Bakat
adalah semacam perasaan dan perhatian, ia merupakan salah satu metode pikir.
Bakat itu menjadi jelas karena pengalaman, akan tetapi kita hanya condong
kepada sebagian saja dari sekumpulan aspek-aspek kegiatan yang kita alami dan
lakukan. Terbentuknya bakat manusia terhadap macam-macam kegiatan yang
dilakukannya atau tidak terbentuknya bakat itu ditentukan oleh banyak faktor.
Sering kali bakat dan kemampuan berjalan seiring, hanya saja ada
keadaan-keadaan dimana keduanya muncul serentak. Jadi kemampuan dan bakat
adalah dua faktor yang berbeda dan terpisah antara satu bidang dengan bidang
yang lainnya.[2]
Menurut M. Ngalim Purwanto dalam bukunya Psikologi Pendidikan
disebutkan bahwa kata bakat lebih dekat pengertiannya dengan kata Aptitude
yang berarti kecakapan pembawaan, yaitu yang mengenai
kesanggupan-kesanggupan (potensi-potensi) yang tertentu.
William
B. Michael memberi definisi mengenai bakat sebagai berikut :
An aptitude may be defined as a
person’s capacity, or hypothetical potential, for acquisition of a certain more
or less weeldefined pattern of behavior involved in the performance of a task
respect to which the individual has had little or no previous training (Michael, 1960: 59).
Jadi Michael meninjau bakat itu terutama dari segi kemampuan
individu untuk melakukan sesuatu tugas, yang sedikit sekali tergantung kepada
latihan mengenai hal tersebut.
Woodworth dan Marquis memberikan definisi demikian: “aptitude
is predictable achievement and can be measured by specially devised test” (Woodworth
dan Marquis, 1957: 58). Bakat (aptitude), oleh Woodworth dan Marquis dimasukkan
dalam kemampuan (ability). Menurutnya ability mempunyai tiga arti, yaitu :
- Achievement yang merupakan actual ability, yang dapat diukur langsung dengan alat atau tes tertentu.
- Capacity yang merupakan potential ability, yang dapat diukur secara tidak langsung dengan melalui pengukuran terhadap kecakapan individu, di mana kecakapan ini berkembang dengan perpaduan antara dasar dengan training yang intensif dan pengalaman.
- Aptitude, yaitu kualitas yang hanya dapat diungkap/diukur dengan tes khusus yang sengaja dibuat untuk itu.
Dari contoh-contoh yang telah dikemukakan itu terbukti bahwa
tidak ada keseragaman pendapat diantara para ahli, mengenai soal “apakah bakat
itu”. Namun perbedaan-perbedaan pendapat mereka sebenarnya tidak sebesar
rumusan-rumusan tersebut. Rumusan-rumusan yang berbeda-beda tersebut sebenarnya
merupakan penyorotan masalah bakat itu dari sudut yang berbeda-beda. Jadi,
disamping adanya perbedaan antara pendapat yang satu dengan pendapat yang lain,
pendapat-pendapat tersebut juga saling melengkapi.[3]
B. Dimensi-dimensi
Pokok Bakat
Menurut
Guilford bakat itu mencakup tiga dimensi pokok, yaitu :
- Dimensi Perseptual
Dimensi perseptual meliputi kemampuan dalam mengadakan
persepsi, dan ini meliputi faktor-faktor antara lain :
a. Kepekaan indera
- Perhatian
- Orientasi waktu
- Luasnya daerah persepsi
- Kecepatan persepsi, dan sebagainya.
2. Dimensi Psiko-motor
Dimensi psiko-motor ini mencakup enam faktor, yaitu :
a. Faktor kekuatan
- Faktor impuls
- Faktor kecepatan gerak
- Faktor ketelitian/ketepatan, yang terdiri atas dua macam, yaitu :
a) Faktor kecepatan statis, yang
menitikberatkan pada posisi.
b) Faktor ketepatan dinamis, yang
menitikberatkan pada gerakan.
e. Faktor koordinasi
f. Faktor keluwesan (flexibility).
3. Dimensi Intelektual
Dimensi inilah yang umumnya mendapat
penyorotan secara luas, karena memang dimensi inilah yang mempunyai implikasi
sangat luas. Dimensi ini meliputi lima faktor, yaitu:
a.
Faktor
ingatan, yang mencakup:
a) Faktor ingatan mengenai substansi
b) Faktor ingatan mengenai relasi
c) Faktor ingatan mengenai system
b.
Faktor
pengenalan, yang mencakup:
a) Pengenalan terhadap keseluruhan
informasi.
b) Pengenalan terhadap golongan (kelas).
c) Pengenalan terhadap
hubungan-hubungan.
d) Pengenalan terhadap bentuk dan
struktur.
e) Pengenalan terhadap kesimpulan.
c.
Faktor
evaluatif, yang meliputi:
a) Evaluasi mengenai identitas
b) Evaluasi mengenai relasi-relasi.
c) Evaluasi terhadap system.
d) Evaluasi terhadap penting tidaknya
problrm (kepekaan terhadap problem yang dihadapi).
d.
Faktor
berpikir konvergen, yang meliputi:
a) Faktor untuk menghasilkan nama-nama.
b) Faktor untuk menghasilkan
hubungan-hubungan.
c) Faktor untuk menghasilkan system-sistem.
d) Faktor untuk menghasilkan
transformasi.
e) Faktor untuk menghasilkan
implikasi-implikasi yang unik.
e.
Faktor
berpikir divergen, yang meliputi:
a) Faktor untuk menghasilkan unit-unit.
b) Faktor untuk pengalihan kelas-kelas
secara spontan.
c) Faktor kelancaran dalam menghasilkan
hubungan-hubungan.
d) Faktor untuk menghasilkan system.
e) Faktor untuk transfomasi divergen.
f) Faktot untuk menyusun bagian-bagian
menjadi garis besar atau kerangka.
Dengan sengaja pendapat Guilford ini dikemukakan dengan agak
lengkap, tidak karena pendapat tersebut dianggap sebagai satu-satunya pendapat
yang benar, akan tetapi terlebih-lebih sebagai ilustrasi untuk menunjukkan
betapa rumitnya kualitas manusia yang kita sebut bakat itu.[4]
C. Caranya
Kita Mengenal Bakat Seseorang
Menurut sejarahnya usaha pengenalan bakat itu mula-mula
terjadi pada bidang kerja/ jabatan, tetapi kemudian juga dalam bidang
pendidikan. Bahkan dewasa ini daam bidang pendidikanlah usaha yang paling
banyak dilakukan. Dalam prakteknya hampir semua ahli yang menyusun test untuk
mengungkap bakat bertolak dari dasar fikiran analisis factor. Pendapat Guilford
yang telah disajikan diatas itu merupakan salah satu contoh dari pola pemikiran
yang demikian itu. Apa yang dikemukakan Guilford itu adalah hal (materi) yang
ada pada individu, yang diperlukan untuk aktivitas apa saja. Jelasnya, untuk
setiap aktifitas diperlukan berfungsinya factor-faktor tersebut. Pemberian nama
terhadap berjenis-jenis bakat biasanya dilakukan berdasar atas dalam lapangan
apa bakat tersebut berfungsi, seperti bakat matematika, bakat bahasa, bakat
olahraga, dan sebagainya. Dengan demikian, maka macamnya bakat akan sangat
tergantung pada konteks kebudayaan dimana seseorang individu hidup. Mungkin
penamaan itu bersangkutan dengan bidang studi, mungkin pula dalam bidang kerja.
Sebenarnya setiap bidang studi atau bidang kerja dibutuhkan
berfungsinya lebih dari satu factor bakat saja. Bermacam-macam factor mungkin
diperlukan berfungsinya untuk suatu lapangan studi atau lapangan kerja
tertentu. Suatu contoh misalnya bakat untuk belajar di Fakultas Teknik akan
memerlukan berfungsinya faktor-faktor mengenai bilangan, ruang, berfikir
abstrak, bahasa, mekanik, dan mungkin masih banyak lagi. Karena itu ada
kecenderungan diantara para ahli sekarang untuk mendasarkan pengukuran bakat
itu pada pendapat, bahwa pada setiap sebenarnya terdapat semua faktor-faktor
yang diperlukan untuk berbagai macam lapangan, hanya dengan kombinasi,
konstelasi, dan intensitas yang berbeda-beda. Karena itu biasanya dilakukan dalam
diagnosis tentang bakat adalah membuat urutan (ranking) mengenai berbagai bakat
pada setiap individu.
Prosedur
yang biasanya ditempuh adalah :
a. Melakukan analisis jabatan
(job-analysis) atau analisis lapangan studi untuk menemukan factor-faktor apa
saja yang diperlukan supaya orang dapat berhasil dalam lapangan tersebut.
b. Dari hasil analisis itu dicabut
pencandraan jabatan (job-description) atau pencandraan lapangan studi.
c. Dari pencandraan jabatan atau
pencandraan lapangan studi itu diketahui persyaratan apa yang harus dipenuhi
supaya individu dapat lebih berhasil dalam lapangan tersebut.
d. Dari persyaratan itu sebagai
landasan disusun alat pengungkapnya (alat pengungkap bakat), yang biasanya
berwujud test.
Dengan jalan fikiran seperti yang digambarkan diatas itulah
pada umumnya test bakat itu disusun. Sampai sekarang boleh dikatakan belum ada
test bakat yang cukup luas daerah pemakainya (seperti misalnya test
inteligensi). Berbagai test bakat yang yang telah ada seperti misalnya F.A.C.T
(Flanagan Aptitude Clasification Test) yang disusun oleh Bennet, M-T test
(Mathematical and Technical Test) yang disusun oleh Luningprak masih sangat
terbatas daerah berlakunya. Hal ini disebabkan karena test bakat sangat terikat
kepada konteks kebudayaan dimana test itu disusun, sedangkan macam-macamnya
bakat juga terikat kepada konteks kebudayaan dimana klasifikasi bakat itu
dibuat.[5]
Berbicara
tentang mengenal bakat seseorang. Anak berbakat, perkembangan motoriknya lebih cepat dibanding
anak biasa. Entah dalam berbicara, berjalan,
maupun membaca. Misalnya, umur 9 bulan sudah bisa jalan (normalnya, usia 12,5
bulan). Selain itu, ia juga cepat dalam memegang sesuatu dan membedakan bentuk
serta warna. Untuk kemampuan membaca, kadang anak berbakat memperolehnya dari
belajar sendiri.
Yaitu dari
mengamati dan menghubung-hubungkan. Misalnya dari memperhatikan lalu-lintas, tv, atau buku. Anak berbakat juga senang bereksplorasi atau
menjajaki. "Jadi, kalau ia mempreteli barang-barang, bukan karena dia
nakal tapi karena rasa ingin tahunya". Tentang rasa ingin tahu yang tinggi ini,
memang pada umumnya dimiliki anak kecil. Hanya, pada anak berbakat cara
mengamatinya lebih kental dibanding anak-anak biasa. Hal lain yang menjadi
karakteristik anak berbakat ialah bicaranya bisa sangat serius. Pertanyaannya
sering menggelitik dan tak terduga. Kadang ia tak puas dengan jawaban yang
diberikan, sehingga terus berusaha mencari jawaban-jawaban lain. Untuk memahami
siswa berbakat, dapat diidentifikasi dari karakteristik yang sering muncul
dalam bentuk perilaku sebagai berikut:
Karakteristik belajar
• Belajar lebih cepat dan lebih mudah
• Menyukai tugas dan tantangan yang kompleks
• Mengetahui banyak hal dimana anak lainya tidak mengetahuinya
• Memiliki kosa kata yang sangat maju, dan kemampuan berbahasa sangat baik
• Sudah dapat membaca pada usia yang sangat awal
• Terampil dalam memecahkan masalah
• Sering mengajukan pertanyaan yang kritis dan tidak teerduga
• Menunukkan rasa ingin tahu yang tinggi terhadap banyak hal
• Belajar lebih cepat dan lebih mudah
• Menyukai tugas dan tantangan yang kompleks
• Mengetahui banyak hal dimana anak lainya tidak mengetahuinya
• Memiliki kosa kata yang sangat maju, dan kemampuan berbahasa sangat baik
• Sudah dapat membaca pada usia yang sangat awal
• Terampil dalam memecahkan masalah
• Sering mengajukan pertanyaan yang kritis dan tidak teerduga
• Menunukkan rasa ingin tahu yang tinggi terhadap banyak hal
Karakteristik Motivasi
• Persisten dalam menyelesaikan tugas-tugas yang menjadi minatnya
• Senang mengerjakan tugas secara independen, hanya sedikit memerlukan pengarahan
• Komitmen kuat pada tugas yang dipilihnya.
• Persisten dalam menyelesaikan tugas-tugas yang menjadi minatnya
• Senang mengerjakan tugas secara independen, hanya sedikit memerlukan pengarahan
• Komitmen kuat pada tugas yang dipilihnya.
Karaktersitik Kreativitas
• Sensitif terhadap estetika
• Suka bereksperimen, sering menemukan cara baru dalam mengerjakan tugas
• Spontan dalam mengekresikan rasa humor
• Banyak ide ketika menghadapi tantangan/problem
• Sensitif terhadap estetika
• Suka bereksperimen, sering menemukan cara baru dalam mengerjakan tugas
• Spontan dalam mengekresikan rasa humor
• Banyak ide ketika menghadapi tantangan/problem
Karakteristik Sosial-emosional:
• Memiliki rasa percaya diri yang kuat
• Lebih menyukai teman yang lebih tua usianya dan memiliki kesamaan minat
• Cenderung perpfeksionis
• Mudah menyesuiakan diri pada situasi baru[6]
• Memiliki rasa percaya diri yang kuat
• Lebih menyukai teman yang lebih tua usianya dan memiliki kesamaan minat
• Cenderung perpfeksionis
• Mudah menyesuiakan diri pada situasi baru[6]
D. Cara
Mengembangkan Bakat
Tidak ada
seorang pun yang tidak berbakat, yang membedakan ialah ada tidaknya minat untuk
mengembangkannya. Bakat merupakan potensi bawaan yang dimiliki manusia,
sedangkan minat tercipta karena adanya ketertarikan kuat atas sesuatu. Kedua
hal ini seringkali dikaitkan dengan faktor kecerdasan dan kesuksesan seseorang.
Bagi saya sendiri, orang cerdas
itu orang yang mampu memahami,
mengembangkan dan mendayagunakan bakatnya untuk kepentingan dan kebahagiaan
hidupnya, dan orang sukses ialah orang yang mampu membahagiakan
hidupnya. Sukses bisa saja karena bakat, tetapi sering juga karena minat. Jika
demikian, bagaimana bakat itu muncul dan terbentuk dalam diri kita? Bagaimana
kita bisa mengembangkan keduanya?
Secara ilmiah,
para ahli (dikutip dari www. kesehatan.kompas.com) menyatakan bahwa
saat lahir kita memiliki 100 miliar neuron. Tiga bulan atau 60 hari
menjelang kelahiran, neuron yang kita miliki itu sudah berkomunikasi satu sama
lain. Mereka bahkan membentuk jalinan yang dinamakan dengan axon. Saat jalinan
terbentuk, sebuah sinapsis pun otomatis terbentuk. Di usia tiga tahun,
setiap 100 miliar neuron kita itu telah menciptakan jaringan sinapsis
dengan neuron lainnya. Koneksi antarneuron inilah yang menjadi awal mula
munculnya bakat. Tanda-tandanya, kita akan terlihat aktif luar
biasa. Jalinan sinapsis akan terus mendorong diri kita untuk tidak berhenti
melakukan apa pun yang kita mau sesuai dengan minat kita. Proses
ini berlangsung hingga usia kita mencapai 16 tahun. Di usia inilah bakat mulai
terasah karena kita memiliki ruang lebih luas untuk fokus dan benar-benar
mengeksploitasi beberapa sinapsis tertentu setelah mengalami proses kebingungan
memilih, mencoba melakukan segala sesuatu, dan kita tidak terfokus untuk
mematangkan sebuah nilai kompetensi tertentu. Dari proses ini, kita dapat memahami
bahwa minat merupakan faktor yang dapat mengarahkan bakat. Dalam beberapa pengertian,
minat merupakan suatu perhatian khusus terhadap suatu hal tertentu yang tercipta
dengan penuh kemauan dan tergantung dari bakat dan lingkungannya. Dengan
demikian, minat dan bakat merupakan faktor yang saling mempengaruhi, terlepas
dari faktor mana yang lebih dominan. Keduanya penting untuk dikembangkan secara
optimal bahkan maksimal.
Dalam
kenyatannya, bakat atau nature sering diartikan sebagai talenta, yakni
kemampuan tertentu yang unik, kecakapan, gift (anugerah) yang dimiliki
seseorang. Pengertian
ini mengalami perkembangan signifikan dengan munculnya pengertian menurut Gallup
(2001) bahwa bakat merupakan pola pikir, perasaan dan perilaku yang
berulang-ulang dan dapat meningkatkan produktivitas. Berdasarkan pengertian
tersebut, maka bakat itu tidak hanya menyangkut kecakapan tertentu, tetapi juga
berkaitan dengan adanya peran untuk mengembangkan. Dalam hal ini, minat menjadi
faktor penting yang berfungsi
sebagai nurture yang akan membantu pengembangan bakat tersebut. Minat
merupakan suatu pemusatan perhatian secara tidak sengaja yang terlahir dengan
penuh kemauan, rasa ketertarikan, keinginan, dan kesenangan. Ciri umum minat
ialah adanya perhatian yang besar, memiliki harapan yang tinggi, berorientasi
pada keberhasilan, mempunyai kebangggaan, kesediaan untuk berusaha dan
mempunyai pertimbangan yang positif. Minat dapat dikatakan sebagai dorongan
kuat bagi seseorang untuk melakukan segala sesuatu dalam mewujudkan pencapaian
tujuan dan cita-cita yang menjadi keinginannya.
Keberadaan
minat merupakan faktor utama bagi pengembangan bakat karena tanpa minat, bakat
tidak akan berdayaguna. Artinya,
minat yang tinggi akan membuat kita mampu melakukan sesuatu sekalipun kita
tidak berbakat, sebaliknya berbakat tanpa minat akan sulit mengembangkan bakat
tersebut. Karena itu, ketika kita mengenali dan memahami bakat kita,
tumbuhkanlah dan peliharalah minat kita agar bakat yang kita punya terjaga.
Minat bisa diciptakan, tetapi bakat merupakan bawaan yang tidak bisa kita
ciptakan dengan tiba-tiba. Semua orang bisa melakukan hal yang sama dengan
kita, tetapi yang berbakat bisa menghasilkan kualitas yang lebih baik. Untuk
memahami bakat dan minat memang bukan masalah gampang karena tidak hanya
menyangkut masalah banyaknya teori dan tes untuk mengenali bakat dan mengukur
minat kita. Lebih dari itu, ada yang sangat penting untuk kita pahami
yakni bagaimana mengembangkan bakat dan minat itu untuk sebuah prestasi
kehidupan karena tidak semua orang mampu memaksimalkan
bakatnya, sekalipun ia telah mengenali dan mengetahuinya.
Untuk mengembangkan
bakat dan minat, diperlukan beberapa faktor berikut. Pertama,
stimulasi. Faktor stimulan bakat dan minat bisa internal atau eksternal.
Stimulan yang utama ialah kesadaran akan potensi diri, belajar
dan terus belajar, konsentrasi dan fokus dengan kemampuan atau kelebihan diri
kita. Jangan selalu melihat kepada kelemahan, karena waktu kita akan terbuang,
sehingga bakat pun ikut terpendam dan minat jadi “melempem”. Kedua,
berusahalah untuk kreatif dengan mencari inspirasi dari mana saja dan dari
siapa saja. Kreativitas akan menuntun jalan kita menuju pengenalan dan
pemahaman bakat, menumbuhkembangkan minat, sehingga kita bisa mengembangkannya
agar bermanfaat
untuk hidup kita. Ketiga, peliharalah kejujuran dan ketulusan. Kita
harus jujur mengakui bakat yang kita miliki sekalipun tidak begitu kita minati.
Ketulusan mensyukuri bakat dapat menumbuhkan minat meskipun perlu proses dan
waktu. Bakat alami itu akan tetap ada, bisa dikembangkan dan dimanfaatkan
dengan meningkatkan kekuatan minat. Misalnya, kita semua bisa menulis,
tetapi yang berbakat bisa menghasilkan tulisan yang lebih baik daripada yang
lainnya. Ketika bakat itu disertai dengan minat yang kuat, maka bakat itu akan
berkembang lebih pesat dan berkualitas. Bakat itu akan mengundang kerinduan
untuk melakukannya kembali, seperti energi
yang mensuplai kebutuhan.[7]
Dalam upaya
untuk pengembangan bakat untuk anak berkebutuhan Khusus
Sekolah merupakan salah satu lembaga sosial yang diharapkan dapat membantu anak-anak mencapai prestasi pendidikan yang baik. Namun disamping sekolah orang tua memiliki peran yang sangat berarti dalam mengembangkan bakat anak. Dipercaya bahwa adanya peran pengasuhan yang baik cenderung membuka peluang lebih besar bagi anak-anak untuk mengembangkan bakatnya sesuai dengan minat anak. Peran pola asuh keluarga yang dilandasi kasih sayang, dan disertai pemberian stimulasi (perangsangan) yang cukup dan sesuai dipercaya dapat melahirkan anak-anak yang berbakat.
Sekolah merupakan salah satu lembaga sosial yang diharapkan dapat membantu anak-anak mencapai prestasi pendidikan yang baik. Namun disamping sekolah orang tua memiliki peran yang sangat berarti dalam mengembangkan bakat anak. Dipercaya bahwa adanya peran pengasuhan yang baik cenderung membuka peluang lebih besar bagi anak-anak untuk mengembangkan bakatnya sesuai dengan minat anak. Peran pola asuh keluarga yang dilandasi kasih sayang, dan disertai pemberian stimulasi (perangsangan) yang cukup dan sesuai dipercaya dapat melahirkan anak-anak yang berbakat.
Kerja sama
antara sekolah dan orang tua sangat dibutuhkan. Para orang tua bagi anak-anak
yang berprestasi tinggi memberikan pola asuh yang baik disertai kehangatan,
selanjutnya para guru memberikan pelatihan yang baik. Hal yang bisa dilakukan
orangtua dirumah adalah sebagai berikut:
·
Patoklah prestasi akademis yang tinggi
namun realistis buat anak.
·
Tanamkanlah rasa optimis kepada mereka bahwa
mereka bisa mencapainya.
·
Bicara dan bermain dengan anak, untuk
meningkatkan kemampuan komunikasi.
·
Berceritalah mengenai berbagai peristiwa
yang sedang terjadi, apa saja yang terjadi di lingkungan sekitar. Saat
berbicara mengenai rutinitas harian Anda, jelaskan apa yang Anda lakukan dan
mengapa. Doronglah anak untuk bertanya untuk Anda jawab, atau bisa juga bantu dia
untuk menjawabnya sendiri.
·
Perhatikan apa yang mereka suka lakukan,
seperti Menonjolkah ia dalam olahraga tertentu? Apakah ia tidak bisa duduk diam
untuk waktu yang lama? Pandaikah ia menirukan gerakan badan atau wajah orang
lain? Tangkaskah ia dalam kegiatan yang membutuhkan ketrampilan tangan, seperti
origami (melipat kertas gaya jepang), membuat pesawat dari kerta, melukis,
bermain dengan tanah liat, atau merajut? Apakah ia dapat menggunakan badannya
dengan baik untuk mengekspresikan dirinya? Bantu mereka mengembangkan kesukaan
itu, dan cari tahu bagaimana mereka bisa mengikuti lomba di lingkungan sekitar
atau di tingkat kota.
·
Cari anggota keluarga yang bisa menjadi
mentor membantu anak mengembangkan bakat mereka.
Hal yang Harus
Diwaspadai oleh Orang Tua
Orang tua hendaknya waspada akan diri mereka apakah mereka memberikan respon sungguh terhadap kebutuhan anak ataukah hanya memberikan respon kepada bakat yang dimiliki anak. Tidak sedikit orang tua yang salah dalam hal ini yaitu adakalanya orang tua menyadari anak mereka berbakat lantas secara menggebu-gebu memaksa anakya mengikuti latihan-latihan dengan program yang sangat ketat. Dorongan seperti ini lambat laun akan membuat anak menyadari bahwa orang tua mereka lebih berminat pada bakat yang mereka miliki daripada memperhatikan kesejahteraan dan kebahagiaan diri mereka selaku anak-anaknya. Karenanya para orang tua serta pendidik harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
Orang tua hendaknya waspada akan diri mereka apakah mereka memberikan respon sungguh terhadap kebutuhan anak ataukah hanya memberikan respon kepada bakat yang dimiliki anak. Tidak sedikit orang tua yang salah dalam hal ini yaitu adakalanya orang tua menyadari anak mereka berbakat lantas secara menggebu-gebu memaksa anakya mengikuti latihan-latihan dengan program yang sangat ketat. Dorongan seperti ini lambat laun akan membuat anak menyadari bahwa orang tua mereka lebih berminat pada bakat yang mereka miliki daripada memperhatikan kesejahteraan dan kebahagiaan diri mereka selaku anak-anaknya. Karenanya para orang tua serta pendidik harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1. Dorongan,
apalagi pemaksaan secara berlebihan pada anak dapat melunturkan motivasi anak
untuk mengembangkan bakat mereka. Anak akan merasa tertekan, sakit hati, atau
melakukan sesuatu hanya karena berharap memperoleh hadiah. Masa kecil mereka bahkan
akan hilang sebagian.
2. Pujian
yang berlebihan pada anak-anak usia muda atau menjadikan anak sebagai figur
publik secara terus menerus merupakan bentuk eksploitasi terhadap anak bahkan
cendrung melunturkan semangat anak untuk mengeksplorasi bakat mereka lebih
lanjut.
3. Pujian
yang berlebihan tanpa kendali emosi juga dapat membawa anak terbjebak ke dalam
sikap lupa diri.
4. Para
orang tua yang memiliki anak-anak berbakat hendaknya jangan terlalu berharap
bahwa anak-anak tersebut kelak akan menjadi kreator, inventor atau inovator.
Seorang anak yang berbakat sebagai seorang dokter tidak harus menjadi penemu
serum tertentu tetapi dapat menjadi pelayan kesehatan yang sangat baik bagi
masyarakat.
Dengan demikian,
sebaiknya yang dapat dilakukan guru dan orang tua agar anak dapat berprestasi
dengan cara menyenangkan adalah sebagai berikut:
a) Orang
tua dan guru harus menyadari bahwa setiap anak merupakan pribadi yang unik dan
berbeda satu dengan yang lain. Perbedaan ini terjadi karena setiap anak
mempunyai bakat, kemampuan, dan kebutuhan yang berbeda.
b) Setiap
anak pasti mempunyai salah satu dari sembilan kecerdasan yang diberikan Allah
SWT. Bahkan, ada juga anak yang memiliki lebih dari satu kecerdasan. Kecerdasan
itu adalah kecerdasan linguistik, matematika-logika, ruang-visual, musik,
naturalis, interpersonal, intrapersonal, kemampuan olah tubuh, dan spiritual.
c) Membantu
anak untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. Misalnya potensi fisik,
iman, akhlak, ibadah, emosi, sosial, mental, dan keterampilan. Biarkan anak
mengembangkannya seperti keinginannya, sedangkan orang tua mengarahkan saja.
d) Sampaikan
materi sesuai dengan kebutuhan, perkembangan, kemampuan dan bakat anak. Materi
harus yang dibutuhkan anak, bukan yang diinginkan orang tua. Meskipun demikian,
perlu diingat bahwa perlakuan yang tepat dan materi yang sesuai tidak akan
mempunyai efek yang positif jika tidak disampaikan pada situasi yang tepat.
Sampaikan materi secara efektif, yakni dengan bermain, bernyanyi, atau
bercerita. Sesekali tinggalkan status orang tua yang melekat pada kita, misalnya
berubah menjadi badut, tukang sulap, ilmuwan, atau sahabat bagi anak kita.
e) Yang perlu diingat, prestasi anak bukanlah
prestasi untuk orang tuanya. Prestasi itu untuk diri anak itu sendiri. Orang tua cukup mengarahkan dengan benar dan
membantu anak dengan cara-cara yang disukai anak, bukan dengan hukuman atau
omelan yang bisa merusak hubungan harmonis anak dengan orang tua. Keberhasilan
anak tidak saja berasal dari usaha yang dilakukan anak, tetapi juga bergantung
pada orang tua dan lingkungan di sekitarnya
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
1. Bakat
adalah semacam perasaan dan perhatian, ia merupakan salah satu metode pikir.
Bakat itu menjadi jelas karena pengalaman, akan tetapi kita hanya condong
kepada sebagian saja dari sekumpulan aspek-aspek kegiatan yang kita alami dan
lakukan. Terbentuknya bakat manusia terhadap macam-macam kegiatan yang
dilakukannya atau tidak terbentuknya bakat itu ditentukan oleh banyak faktor.
Sering kali bakat dan kemampuan berjalan seiring, hanya saja ada
keadaan-keadaan dimana keduanya muncul serentak. Jadi kemampuan dan bakat
adalah dua faktor yang berbeda dan terpisah antara satu bidang dengan bidang
yang lainnya
2. Menurut Guilford bakat itu mencakup
tiga dimensi pokok, yaitu :
a. Dimensi preseptual
b. Dimensi psiko-motor
c. Dimensi intelektual
3. Ada kecenderungan diantara para ahli
sekarang untuk mendasarkan pengukuran bakat itu pada pendapat, bahwa pada
setiap sebenarnya terdapat semua faktor-faktor yang diperlukan untuk berbagai
macam lapangan, hanya dengan kombinasi, konstelasi, dan intensitas yang
berbeda-beda. Karena itu biasanya dilakukan dalam diagnosis tentang bakat
adalah membuat urutan (ranking) mengenai berbagai bakat pada setiap individu.
4. Untuk
mengembangkan bakat dan minat, diperlukan beberapa faktor
berikut.
a. Pertama,
stimulasi. Faktor stimulan bakat dan minat bisa internal atau eksternal.
Stimulan yang utama ialah kesadaran akan potensi diri, belajar
dan terus belajar, konsentrasi dan fokus dengan kemampuan atau kelebihan diri
kita. Jangan selalu melihat kepada kelemahan, karena waktu kita akan terbuang,
sehingga bakat pun ikut terpendam dan minat jadi “melempem”.
b. Kedua,
berusahalah untuk kreatif dengan mencari inspirasi dari mana saja dan dari
siapa saja. Kreativitas akan menuntun jalan kita menuju pengenalan dan
pemahaman bakat, menumbuhkembangkan minat, sehingga kita bisa mengembangkannya
agar bermanfaat
untuk hidup kita.
c. Ketiga,
peliharalah kejujuran dan ketulusan. Kita harus jujur mengakui bakat yang kita
miliki sekalipun tidak begitu kita minati. Ketulusan mensyukuri bakat dapat
menumbuhkan minat meskipun perlu proses dan waktu. Bakat alami itu akan tetap
ada, bisa dikembangkan dan dimanfaatkan dengan meningkatkan kekuatan minat.
Misalnya, kita semua bisa menulis,
tetapi yang berbakat bisa menghasilkan tulisan yang lebih baik daripada yang
lainnya. Ketika bakat itu disertai dengan minat yang kuat, maka bakat itu akan
berkembang lebih pesat dan berkualitas. Bakat itu akan mengundang kerinduan
untuk melakukannya kembali, seperti energi
yang mensuplai kebutuhan
A. SARAN
·
Perlu menambah wawasan tentang
pengertian bakat, dimensi-dimensi pokok bakat, cara mengenal bakat seseorang
dan cara mengembangkan bakat.
·
Perlu menambah wawasan lagi tentang
kajian agama dalam masyarakat berskala kecil.
DAFTAR PUSTAKA
Drs.
Wijaya Juhana, Psikologi Bimbingan,
Bandung, 1988
Suryabrata Sumadi, Psikologi Pendidikan,
Jakarta, 1993
http://nieujik.blogspot.com/2009/02/bakat-emosi-dan-kepribadian.html
http://www.anakciremai.com/2009/12/makalah-psikologi-tentang-pengembangan.html
http://niahidayati.net/mengembangkan-bakat-dan-minat.html
[1] Drs. Juhana Wijaya, Psikologi Bimbingan, Cet.1, (Bandung, PT
Eresco, 1988, h. 66-67
[2]
http://nieujik.blogspot.com/2009/02/bakat-emosi-dan-kepribadian.html
[3]
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Cet. 6, (Jakarta :
Raja Grafindo Persada, 1993), h. 170
[4]
http://bocahsudutkota.wordpress.com/2011/10/25/makalah-psikologi-pendidikan-bakat-dan-minat-by-husdiana/
[5]
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, h. 174-175
[6]
http://www.anakciremai.com/2009/12/makalah-psikologi-tentang-pengembangan.html
[7]
http://niahidayati.net/mengembangkan-bakat-dan-minat.html
keren..ijin save
BalasHapusMakalah atletik
BalasHapusMakalah Tugas Mandiri PPKN
Your Affiliate Money Making Machine is waiting -
BalasHapusAnd making money online using it is as simple as 1 . 2 . 3!
Follow the steps below to make money...
STEP 1. Tell the system which affiliate products you intend to promote
STEP 2. Add PUSH BUTTON traffic (this LITERALLY takes 2 minutes)
STEP 3. See how the system explode your list and sell your affiliate products all on it's own!
So, do you want to start making profits??
You can test-drive the system for yourself risk free...