MAKALAH
“Kisah Al-qur’an”
tugas ini disusun untuk mata kuliah ilmu
tafsir
DOSEN
Dr. Evra Willya,M.Ag
DISUSUN OLEH :
Kelompok III
ABRARI ILHAM
JIRDA FAJRIA
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI
AGAMA ISLAM NEGERI
MANADO
2011
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Kitab
suci Al-Quran merupakan sebuah kitab petunjuk kepada seluruh manusia yang
menyeru mereka agar menjalani kehidupan yang benar, sehingga mereka mampu
meraih kebahagiaan, kebajikan, dan kedamaian baik selama hidup di dunia hingga
nanti kelak di akhirat.Seruan dari Al-Quran inilah yang senantiasa terbuka
kepada siapa saja yang ingin menempuh jalan hidup yang sebenar-benarnya.Dengan
tujuan demi kebahagiaan manusia itu sendiri.Menerima ataupun menolak seruan ini
merupakan tanggung jawab bagi tiap individu. Watak seruan dan ajaran yang telah
disampaikan dalam Al-Quran tersebut jelas-jelas menunjukan bahwa ia menggugah
hati nurani setiap insan agar senantiasa memikirkan, memahami, dan
mempertimbangkannya berdasarkan penilaiannya sendiri, tanpa adanya unsure
tekanan dari pihak luar jika dirasa memperoleh manfaat, ia dipersilahkan
mengikutinya, namun bilamana tidak yakin akan kebenarannya, iapun berhak untuk
menolaknya.
Oleh
karena itulah, Al-Qur’an kembali menggugah hati nurani manusia dan mendorong
mereka untuk senantiasa baik-baik sebelum akhirnya menerima ataupun menolak.
Penalaran dan argument psikologis yang sama juga dikemukakan dalam Al-Qur’an
melalui kisah-kisah sebelumnya. Mereka diminta untuk melakukan introspeksi diri
dan selalu berupaya merenungkan sejarah umat-umat lain pada masa silam. Selain
menggunakan cara yang langsung yaitu berbentuk perintah dan larangan adakalanya
tuntunan tersebut disampaikan melalui kisah-kisah, dengan tujuan untuk
menjelaskan bantahan terhadap setiap bujukan untuk berbuat ingkar sertamerta
menerangkan prinsip-prinsip islamiyyah dalam berdakwah begitupula dalam
Al-Qur’an yang banyak mengisyaratkan akan bidang kajian baru dalam ilmu
psikologi yang sedemikian menggugah pikiran bagi mereka yang berakal sehat
untuk diajak berpikir secara cermat untuk kembali merenungkan beberapa akibat
yang mungkin akan menimpa diri mereka masing-masing. Membaca cerita atau kisah
tentulah sangat mengasyikan dan dapat menghilangkan rasa jenuh pembaca.Bilamana
isinya otentik, valid, benar dan tidak direkayasa tentulah lebih mengasyikan
lagi.Al-Qur’an pun menggunakan metode ini dalam menggugah hati setiap
pembacanya.
Allah SWT Menurunkan Al-Quran kepada
Nabi Muhammad SAW, yang mengandung tuntunan-tuntunan bagi manusia untuk
mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat, serta kebahagian lahir dan batin.
Selain menggunakan cara yang langsung, yaitu berbentuk perintah dan larangan,
adakalanya tuntunan tersebut disampaikan melalui kisah-kisah, dengan tujuan
untuk menjelaskan bantahan terhadap kepercayaan-kepercayaan yang salah dan
bantahan terhadap setiap bujukan untuk berbuat ingkar serta menerangkan
prinsip-prinsip islamiyyah dalam berdakwah.
Tidak sedikit dari keseluruhan ayat-ayat
Al-Qur’an mengisahkan tentang kisah-kisah yang memakan tempat. Bahkan, banyak
pula surat yang dikhususkan untuk kisah semata, seperti surat Yusuf(18) Al-Anbiya (21), Al-Qashash (28), dan
surat Nuh (17)
Salah
satu isi dari kandungan Al-Quran adalah kisah-kisah terdahulu (Qashash
Al-Quran).Kisah-kisah itu berisi tentang tindakan, tokoh/penokohan, atau latar
yang dinyatakan dalam beragam cerita meski merupakan banyak informasi tentang
masa lalu, qashash al-Quran diyakini memiliki nilai-nilai yang relevan untuk
masa kini. Sebagian orang berpendapat, apa manfaat dan urgensi dari kajian
kisah masa lalu ini, padahal masih banyak persoalan kekinian, seperti masalah
kemiskinan, pendidikan, kesehatan, dan sebagainya, yang dianggap lebih penting
dari kisah-kisah masa lalu itu tersebut, pendapat demikian di tampik oleh Amru
Khalid. Menurutnya, kisah-kisah masa lalu itu sangat bermanfaat bagi kehidupan
masa sekarang.Dia menawarkan pembacaan baru atas kisah-kisah masa lalu itu
untuk dikontekstualisasi pada zaman sekarang, sehingga sesuai dengan kebutuhan
masa sekarang.Setidaknya ada beberapa manfaat adanya kisah dalam Al-Qur’an,
yaitu menjelaskan prinsip-prinsip dakwah dan inti dari ajaran syariat para
nabi, meneguhkan hati Nabi Muhammad dan umatnya akan adanya kebenaran agama
yang dibawa Muhammad dan kesesatan musuh-musuhnya. Selain itu, kisah-kisah
Al-Qur’an membeberkan kebenaran adanya nabi-nabi terdahulu dan kebenaran dakwah
Muhammad tentang apa yang terjadi di masa yang silam. Juga mengungkapkan
kebohongan ahlul kitab atas kebenaran-kebenaran yang mereka sembunyikan.
B. Rumusan
masalah :
Adapun rumusan masalah kali ini adalah :
·
Pengertian kisah dalam Al-Qur’an;
·
Macam-macam kisah Al-Qur’an;
·
Faedah kisah Al-Qur’an;
·
Ibrah dari penggunaan nama dan gelar
pada tokoh dalam kisah;
·
Masalah perulangan kisah dalam Al-Qur’an
dan hikmahnya.
C. Tujuan
Penulisan :
·
Ingin mengetahui Pengertian kisah dalam
Al-Qur’an;
·
Ingin mengetahui Macam-macam kisah
Al-Qur’an;
·
Ingin mengetahui Faedah kisah Al-Qur’an;
·
Ingin mengetahui Ibrah dari penggunaan
nama dan gelar pada tokoh dalam kisah;
·
Ingin mengetahui Masalah perulangan
kisah dalam Al-Qur’an dan hikmahnya.
D. Manfaat
Penulisan :
·
Memberi pengetahuan kepada setiap Individu, mengenaiPengertian
kisah dalam Al-Qur’an,Macam-macam kisah Al-Qur’an,Faedah kisah Al-Qur’an,Ibrah
dari penggunaan nama dan gelar pada tokoh dalam kisah,Masalah perulangan kisah
dalam Al-Qur’an dan hikmahnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Qashash Al-Qur’an
Kata
Qashash berasal dari bahasa arab yang
merupakan bentuk jamak dari kata qishash
yang berarti tatabbu al-atsar (napak
tilas/mengulang kembali masa lalu). Arti ini diperoleh dari uraian Al-Qur’an
pada suratAl-Kahfi (18) ayat 64:[1]
Artinya
: “Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula.”
(QS. Al-Kahfi
(18) : 64)
Secara etimologi (bahasa), al-qashash
juga berarti urusan (al-amr), berita
(khabar), dan keadaan (hal).[2]
Dalam bahasa Indonesia, kata itu diterjemahkan dengan kisah yang berarti kejadian (riwayat, dan sebagainya).[3]
Qashash Al-Qur’an, yaitu berita-berita tentang keadaan umat di masa lalu.
Sejarah umat, menyebutkan negeri-negeri dan kampung-kampung mereka itu.Membahas
bekas-bekas peninggalan tiap-tiap orang hidup berkelompok. Mencerminkan perihal
mereka dalam bentuk bicara tentang apa yang mereka kerjakan.[4]Kemudian
qashash juga berarti berita yang berurutan. Seperti firman Allah:
Artinya
:“Sesungguhnya ini adalah berita yang benar” (Al-Imran: 62).
Sesungguhnya
pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai
akal. Q.S Yusuf :111
Maksudnya,
Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan
(kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai
petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.
Adapun
dalam pengertian terminologi (istilah)
Qashash al-Quran adalah kisah-kisah dalam Al-Qur’an tentang para Nabi dan Rasul
mereka serta peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau, masa kini, dan
masa yang akan datang.Hal senada juga dikemukakan oleh Manna’ Al-Qathan, bahwa
qashash Al-Qur’an adalah pemberitaan Al-Qur’an tentang hal ihwal umat yang
telah lalu, nubuwat yang terdahulu, dan peristiwa-peristiwa yang telah
terjadi.Berdasarkan pengertian di atas, maka dapatlah kita katakan bahwa
kisah-kisah yang dimuat dalam Al-Qur’an semuanya cerita yang benar-benar
terjadi, tidak ada cerita fiksi, khayal, apalagi dongeng.
·
Menurut Ibn Manzur, kisah berasal dari bahasa
Arab qashsha, yaqushshu, qishshatan yang berarti potongan,
berita yang diikuti dan pelacakan jejak (Ibn Manzur, 1979:3650-3651)
Kisah dalam ketiga arti ini
dipergunakan juga dalam surah; Ali Imran [3:62]; Al-A’raf [7:7, 176]; Yunus
[12:3, 111]; al-Kahfi [18:64]; Taha [20:99]; al-Qashas [28:11, 25]; an-Naml
[27:76]
Dalam al-Quran
kisah sering digunakan sebagai media untuk menyampaikan ajaran, bahkan ada beberapa
surah secara dominan menyajikannya, seperti surah Yusuf [12], al-Kahfi [18],
al-Anbiya [21] dan al-Qashas [28]. Pendeknya, kisah ini bukan merupakan karya
sastra yang bebas baik dalam tema, teknik pemaparan ataupun setting
peristiwa-peristiwanya, sebagaimana terdapat dalam kisah pada umumnya, melainkan
sebagai suatu media al-Quran untuk mencapai tujuan yang mulia.
Kisah-kisah Al-Qur’an pada umumnya
mengandung tiga unsure
1.
Unsur Pelaku
(as-sakhsiyyat)
2.
Unsure Peristiwa
(ahdats)
3.
Unsure Dialog
(al-hiwar)
Ketiga unsure
ini terdapat pada hampir seluruh kisah yang ada didalam Al-Qur’an seperti
lazimnya kisah-kisah biasa. Namun peran ketiga unsure itu tidaklah sama, sebab
boleh jadi salah satunya hilang. Satu-satunya pengecualian ialah Kisah Nabi
Yusuf, yang mengandung ketiga unsure itu dan terbagi menurut teknik kisah
biasa. Cara-cara semacam ini tidak ditemui pada kisah yang lain. Dikarenakan
kisah Al-Qur’an pada umumnya bersifat pendek (uqshush).[5]
1.
Pelaku
Pelaku kisah-kisah yang terdapat dalam Al-Qur’an tidak hanya Manusia,
tetapi juga Malaikat, Jin, bahkan Burung dan Semut.
a. Binatang
Seperti Semut yang terdapat
pada kisah Nabi Sulaiman pada Surat An-Naml (27) ayat 18-19 :
18. hingga apabila mereka
sampai di lembah semut berkatalah seekor semut: Hai semut-semut, masuklah ke
dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya,
sedangkan mereka tidak menyadari";19. Maka Dia tersenyum dengan tertawa
karena (mendengar) Perkataan semut itu. dan Dia berdoa: "Ya Tuhanku
berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat mu yang telah Engkau
anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan
amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam
golongan hamba-hamba-Mu yang saleh". Q.S An-Naml 18-19.
Semut, sebagai pelaku kisah yang dijelaskan ayat diatas, memperingatkan
teman-temannya agar tidak terinjak oleh Nabi Sulaiman dengan bala tentaranya.Contoh
lainnya adalah burung Hud-hud yang menjadi mata-mata bagi Nabi Sulaiman untuk
memberikan informasi tentang kerajaan Saba’ yang dipimpin Ratu Balkis. (QS.
An-Naml (27) ayat 20).
b. Malaikat
Contoh adalah kisah malaikat yang terdapat dalam suratHud (11) ayat 69-83. Ayat itu
mengisahkan bahwa malaikat-malaikat dating kepada Nabi Ibrahim dan Nabi Luth
dengan menjelma sebagai tamu. Demikian pula malaikat datang kepada Maryam dalam
bentuk manusia, sebagaimana dikisahkan dalam suratMaryam (10) ayat 10-21.
c. Jin
Dalam kisah Nabi Sulaiman, jin digambarkan mempunyai bentuk gemanya dapat
dilihat pada syair jahili sebelum Nabi Muhammad SAW., terutama syair-syair
An-Nabighah. Dalam kisah ini, di antara jin-jin itu ada yang menjadi tukang
selam (ghawas), arsitek (banna), pemahat, pembuat patung, dan
sebagainya, seperti dijelaskan pada surat Saba’ (34) ayat 12.
d. Manusia
Dalam kisah-kisah Al-Qur’an yang pelakunya berupa manusia, lebih banyak
diceritakan tentang laki-laki dari pada wanita.Diantara mereka adalah para
Nabi, orang biasa (Seperti Fir’aun), dan lainnya.Adapun pelaku kisah dari
kalangan wanita diantaranya adalah Maryam dan Hawa. Perlu dicatat bahwa
perempuan dalam Al-Qur’an selalu disebut dengan kata “orang perempuan” (imra’ah) baik sudah menikah maupun belum,
sebagaimana dapat dilihat pada surat An-Naml (27) ayat 23, atau kata “perempuan Nuh”, “perempuan Ibrahim”, dan
sebagainya.
2.
Peristiwa
Tidak dapat dibayangkan adanya pelaku tanpa peristiwa yang
dialaminya.Oleh karena itu hubungan antara peristiwa dengan pelaku pada setiap
kisah amatlah jelas karena kedua hal itu merupakan unsur-unsur pokok suatu
kisah. Adapun peristiwa itu sendiri dapat dibagi menjadi tiga bagian :
a.
Peristiwa yang
berkelanjutan
Misalnya, seorang Nabi diutus kepada suatu kaum, kemudian mereka
mendustakannya dan meminta ayat-ayat (bukti) yang menunjukan kebenaran dakwah
dan kerasulannya.Kemudian datanglah ayat (bukti) yang mereka minta, tetapi
mereka tetap saja mendustakannya.
b.
Peristiwa yang
dianggap luar biasa
Yaitu peristiwa-peristiwa yang didatangkan Allah melalui para Rasul-Nya
sebagai bukti kebenarannya, seperti mukjizat-mukjizatnya para Nabi. Simaklah
suratAl-Maidah (5) ayat 110-115.
Artinya :
(Ingatlah), ketika Allah mengatakan: "Hai Isa putra Maryam, ingatlah
nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu aku menguatkan kamu dengan Ruhul
qudus. kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian dan
sesudah dewasa; dan (ingatlah) di waktu aku mengajar kamu menulis, hikmah,
Taurat dan Injil, dan (ingatlah pula) diwaktu kamu membentuk dari tanah (suatu
bentuk) yang berupa burung dengan ijin-Ku, kemudian kamu meniup kepadanya, lalu
bentuk itu menjadi burung (yang sebenarnya) dengan seizin-Ku. dan (ingatlah) di
waktu kamu menyembuhkan orang yang buta sejak dalam kandungan ibu dan orang
yang berpenyakit sopak dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu kamu
mengeluarkan orang mati dari kubur (menjadi hidup) dengan seizin-Ku, dan
(ingatlah) di waktu aku menghalangi Bani Israil (dari keinginan mereka membunuh
kamu) di kala kamu mengemukakan kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata,
lalu orang-orang kafir diantara mereka berkata: "Ini tidak lain melainkan
sihir yang nyata".111. dan (ingatlah), ketika aku ilhamkan kepada pengikut
Isa yang setia: "Berimanlah kamu kepada-Ku dan kepada rasul-Ku".
mereka menjawab: Kami telah beriman dan saksikanlah (wahai Rasul) bahwa
Sesungguhnya Kami adalah orang-orang yang patuh (kepada seruanmu)".112. (ingatlah),
ketika Pengikut-pengikut Isa berkata: "Hai Isa putera Maryam, sanggupkah
Tuhanmu menurunkan hidangan dari langit kepada kami?". Isa menjawab:
"Bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang yang
beriman".113. mereka berkata: "Kami ingin memakan hidangan itu dan
supaya tenteram hati Kami dan supaya Kami yakin bahwa kamu telah berkata benar
kepada Kami, dan Kami menjadi orang-orang yang menyaksikan hidangan
itu".114. Isa putera Maryam berdoa: "Ya Tuhan Kami turunkanlah
kiranya kepada Kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan
menjadi hari raya bagi Kami Yaitu orang-orang yang bersama Kami dan yang datang
sesudah Kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau; beri rzekilah Kami, dan
Engkaulah pemberi rezki yang paling Utama".115. Allah berfirman: "Sesungguhnya
aku akan menurunkan hidangan itu kepadamu, Barangsiapa yang kafir di antaramu
sesudah (turun hidangan itu), Maka Sesungguhnya aku akan menyiksanya dengan
siksaan yang tidak pernah aku timpakan kepada seorangpun di antara umat manusia".
Q.S Al-Maidah 110-115
c.
Peristiwa yang
dianggap biasa
Yaitu peristiwa biasa yang dilakukan oleh orang-orang yang dikenal
sebagai tokoh, baik Rasul maupun bukan, sebagai manusia biasa yang makan dan
minum. Simaklah firman Allah pada suratAl-Maidah
(5) ayat 116-118
Artinya :
Dan (ingatlah) ketika Allah
berfirman: "Hai Isa putera Maryam, Adakah kamu mengatakan kepada manusia:
"Jadikanlah aku dan ibuku dua orang Tuhan selain Allah?". Isa
menjawab: "Maha suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang
bukan hakku (mengatakannya). jika aku pernah mengatakan Maka tentulah Engkau
mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada
diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha mengetahui perkara yang
ghaib-ghaib".117. aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa
yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan)nya Yaitu: "Sembahlah Allah,
Tuhanku dan Tuhanmu", dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama
aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan Aku, Engkau-lah yang
mengawasi mereka. dan Engkau adalah Maha menyaksikan atas segala sesuatu.118. jika
Engkau menyiksa mereka, Maka Sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau, dan
jika Engkau mengampuni mereka, Maka Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana. Q.S Al-Maidah 116-118
3.
Percakapan
(Dialog)
Tidak semua kisah mengandung percakapan, seperti kisah yang bermaksud
menakuti-nakuti, tetapi ada pula kisah yang sangat menonjol percakapannya
seperti kisah Nabi Adam a.s dalam surat Al-A’raf
(7) ayat 11-25, surat Thaha (20) ayat 9-99, dan lainnya.[6]
Artinya :
Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk
tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada Para Malaikat: "Bersujudlah kamu
kepada Adam", Maka merekapun bersujud kecuali iblis. Dia tidak Termasuk
mereka yang bersujud.12. Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk
bersujud (kepada Adam) di waktu aku menyuruhmu?" Menjawab iblis "Saya
lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang Dia Engkau
ciptakan dari tanah".13. Allah berfirman: "Turunlah kamu dari surga
itu; karena kamu sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, Maka keluarlah,
Sesungguhnya kamu Termasuk orang-orang yang hina".14. iblis menjawab:
"Beri tangguhlah saya[529] sampai waktu mereka dibangkitkan".15.
Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu Termasuk mereka yang diberi
tangguh."16. iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya
tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau
yang lurus,17. kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang
mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. dan Engkau tidak akan mendapati
kebanyakan mereka bersyukur (taat).18. Allah berfirman: "Keluarlah kamu
dari surga itu sebagai orang terhina lagi terusir. Sesungguhnya Barangsiapa di
antara mereka mengikuti kamu, benar-benar aku akan mengisi neraka Jahannam
dengan kamu semuanya".19. (dan Allah berfirman): "Hai Adam bertempat
tinggallah kamu dan isterimu di surga serta makanlah olehmu berdua
(buah-buahan) di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu berdua mendekati
pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua Termasuk orang-orang yang
zalim."20. Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk
Menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka Yaitu auratnya dan
syaitan berkata: "Tuhan kamu tidak melarangmu dan mendekati pohon ini,
melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi Malaikat atau tidak menjadi
orang-orang yang kekal (dalam surga)".21. dan Dia (syaitan) bersumpah
kepada keduanya. "Sesungguhnya saya adalah Termasuk orang yang memberi
nasehat kepada kamu berdua",22. Maka syaitan membujuk keduanya (untuk
memakan buah itu) dengan tipu daya. tatkala keduanya telah merasai buah kayu
itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya
dengan daun-daun surga. kemudian Tuhan mereka menyeru mereka: "Bukankah
aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan aku katakan kepadamu:
"Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu
berdua?"23. keduanya berkata: "Ya Tuhan Kami, Kami telah Menganiaya
diri Kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni Kami dan memberi rahmat
kepada Kami, niscaya pastilah Kami Termasuk orang-orang yang merugi.24. Allah
berfirman: "Turunlah kamu sekalian, sebahagian kamu menjadi musuh bagi
sebahagian yang lain. dan kamu mempunyai tempat kediaman dan kesenangan (tempat
mencari kehidupan) di muka bumi sampai waktu yang telah ditentukan".25.
Allah berfirman: "Di bumi itu kamu hidup dan di bumi itu kamu mati, dan
dari bumi itu (pula) kamu akan dibangkitkan. Q.S Al-A’Raf : 11-25
[529] Maksudnya: janganlah saya dan anak cucu saya dimatikan sampai hari
kiamat sehingga saya berkesempatan menggoda Adam dan anak cucunya.
B. Macam-macam kisah dalam Al-Qur’an
Didalam Al-Qur’an itu ada tiga
macam kisah :
1.
Dilihat dari sisi
pelaku
Manna’ Al-Qaththan, membagi
Qashash (kisah-kisah) Al-Qur’an dalam tiga bagian, yaitu :
a.
Kisah para nabi
terdahulu
Bagian ini berisikan ajakan para nabi kepada kaumnya ; yaitu mengenai
dakwah yang mereka jalankan kepada kaumnya. Mukjizat-mukjizat yang diberikan Allah
Swt kepada mereka itu.Pendirian orang-orang yang menentang.Tahap-tahap dakwah
dan perkembangannya.Akibat yang dirasakan oleh orang-orang yang beriman dan
orang-orang yang mendustakan.Seperti kisah Nuh, Ibrahim, Musa, Harun, Isa,
Muhammad, dan Nabi-nabi serta Rasul-rasul lainnya.
b.
Kisah yang
berhubungan dengan kejadian pada masa lalu dan orang-orang yang tidak
disebutkan kenabiannya
Kisah Al-Qur’an yang bersangkut dengan peristiwa-peristiwa yang sudah
kabur (tidak jelas lagi).Dan orang-orang yang belum jelas kenabiannya. Seperti
kisah orang-orang yang keluar dari kampung halamannya, Thalut dan Jalut,
anak-anak Adam, penghuni gua, Dzulkarnain, Qarun, Ashab As-Sabti (para pelanggar ketentuan hari sabtu), Maryam, Ashab-Al-Fiil (Pasukan Abrahah yang
berkendaraan kuda ketika menyerang Ka’bah), dan lainnya
c. Kisah yang terjadi pada masa Rasulullah
Kisah yang bersangkutan dengan kejadian-kejadian dimasa Rasul.Seperti
kisah perang Uhud, Tabuk, Badar, kisah Hijrah Rasulullah dari pengikutnya ke
Madina, Isra’ dari mesjid Al-Haram ke Al-Aqsa, dan sebagainya.[7]
2. Dilihat dari panjang pendeknya
Dilihat dari
panjang pendeknya, kisah-kisah Al-Qur’an dapat bagi dalam tiga bagian :
a.
Kisah panjang,
contohnya kisah-kisah Nabi Yunus dalam surat Yunus (12) yang hampir
seluruh ayatnya mengungkapkan kehidupan Nabi Yusuf, sejak masa kanak-kanaknya
sampai dewasa dan memiliki kekuasaan.
b.
Kisah yang
lebih pendek dari bagian yang pertama, seperti kisah Maryam dalam surat
Maryam (19), kisah Ashab Al-Kahfi pada surat Al-Kahfi (18), kisah nabi Adam dalam surat Al-Baqarah (21), dan
surat Thaha yang terdiri atas sepuluh atau beberapa belas ayat saja.
c.
Kisah pendek,
yaitu kisah yang jumlahnya kurang dari sepuluh ayat, misalnya kisah nabi Hud
dan Nabi Luth dalam surat Al-A’raf (7), kisah Nabi Shalih dalam surat Hud (11), dan lain-lain.[8]
3. Dilihat dari jenisnya
Menurut M. Khalafullah, dilihat dari segi jenisnya
kisah-kisah Al-Qur’an dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :
a. Kisah sejarah (al-qishash
al-tarikhiyyah), yakni kisah yang berkisar tentang tokoh-tokoh
sejarah, seperti para Nabi dan Rasul.
b. Kisah sejarah (al-qishash al
tamtsiliyyah), yakni kisah yang menyebutkan suatu
peristiwa untuk menerangkan dan memperjelas suatu pengertian. Peristiwa itu
tidak benar-benar terjadi, tetapi hanya perkiraan dan khayalan semata.
c. Kisah asatir, yakni
kisah yang didasarkan atas suatu asatir. Kisah semacam ini pada umumnya
bertujuan mewujudkan tujuan-tujuan ilmiah atau menafsirkan, gejala-gejala yang
ada, atau menguraikan sesuatu persoalan yang sukar diterima akal.[9]
C.
Faedah
Kisah Al-Qur’an
Kisah
Al-Qur’an itu ada mempunyai beberapa faedah yang bagus, yang terpenting ialah :
Pertama, menjelaskan
asas dakwah kepada Allah, dan menerangkan sendi-sendi syariat yang dengan
syariat itulah diutus Nabi-nabi.[10]
Dalam hal ini, Allah telah berfirman dalam surat Al-anbiya (21) ayat 25 :
Artinya
:
Dan
Kami tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan
kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, Maka
sembahlah olehmu sekalian akan aku". (QS A-l-Anbiya (21) : 25)
Kedua, menetapkan
hati Rasul dan hati umat Muhammad terhadap agama Allah.Dan lebih menekankan
benarnya orang-orang Mukmin denan pertolongan dan tentaranya dan menghina yang
bathil.[11]
Faedah ini tercantum dalam Firman Allah SWT Al-Qur’an suratHud (21) ayat 120:
Artinya
:
Dan
semua kisah dari Rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang
dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu
kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman. (QS.
Hud (11) : 120)
”
Ketiga, membenarkan Nabi0nabi
terdahulu dan mengingatkan kebali jejak-jejak mereka.
Keempat, memperlihatkan
kebenaran Nabi Muhammad dalam penuturannya mengenai orang-orang terdahulu.
Kelima, Membuktikan kekeliruan ahli
kitab yang telah menyembunyikan keterangan dan petunjuk.
Disamping itu, kisah-kisah itu memperlihatkan isi kitab suci mereka
sesungguhnya, sebelum dirubah dan direduksi, sebagaimana dijelaskan firman
Allah pada surat Al-Imran (3) ayat
(93) :
Artinya
:
Semua makanan adalah halal bagi Bani Israil
melainkan makanan yang diharamkan oleh Israil (Ya'qub) untuk dirinya sendiri
sebelum Taurat diturunkan[212]. Katakanlah: "(Jika kamu mengatakan ada
makanan yang diharamkan sebelum turun Taurat), Maka bawalah Taurat itu, lalu
bacalah Dia jika kamu orang-orang yang benar".
Keenam, kisah
merupakan salah satu bentuk sastar yang menarik bagi setiap pendengarnya dan
memberikan pengajaran yang tertanam didalam jiwa.[12]
Sebagaimana dijelaskan firman Allah dalam surat Yusuf ayat 111 :
Artinya
:
Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu
terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah
cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya
dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang
beriman.
D.
Ibrah
penggunaan Nama, Gelar, Tokoh dalam Qashash
Pelaku
kisah dalam Al-Qur’an tidak jarang disebutkan namanya langsung, umpamanya :
1. Nama Nabi, seperti
:
a. Adam
(QS.Al-Baqarah (ayat 31, 33, 34, 35, 37);
b. Nuh
(QS.Hud ayat 25, 32, 42, 45, 46, 48, 89);
c. Idris
(QS. Maryam ayat 57 dan QS.Al-Anbiya
ayat 85);
d. Ibrahim
(QS.Hud ayat 69, 74, 75, 76);
e. Isma’il
(QS.Al-Baqarah ayat
125,127,133,136,140);
f. Ishaq
(QS.Al-Baqarah ayat 132,133,136,140);
g. Ya’qub
(QS.Al-Baqarah ayat 132, 133, 136, 140
2. Nama malaikat, seperti
:
a. Jibril
(QS.At-Tahrim ayat 4 dan QS. Al-Baqarah (2) ayat 97, 98);
b. Mika’il
(QS.Al-Baqarah ayat 98).
3. Nama sahabat,
seperti :
a. Nama
Sahabat, seperti Zaid bin Harist (QS.Al-Ahzab ayat 37)
4. Nama tokoh terdahulu non-Nabi dan
Rasul, seperti:
a. Imran
(QS.Ali-Imran ayat 33, 35);
b. Uzair
(QS.Yunus ayat 30); dan
c. Tuba’
(QS.Ad-Dukhan ayat 37)
5. Nama Wanita,seperti:
a.
Maryam (QS.Ali-Imran ayat 36, 37,
42, 43, 45)
b.
Ba’al pada ayat atad ‘una (QS. Ash-shaffat (37) ayat 125).
Disamping
nama pelaku, Al-Quran juga menuturkan gelar pelaku kisah, seperti Abu Lahab
pada Q.S Al-Lahab ayat 1, namanya sendiri adalah Abdul Uzza.[13]
Adapun
rahasia dari penggunaan nama gelar dan tokoh dalam kisah adalah:
·
Kita dapat mencontoh kisah-kisah
kehidupan para Nabi, orang-orang yang beriman dan beramal saleh;
·
Memudahkan kita untuk mengingat kisah-kisah tersebut;
·
Memudahkan kita dalam memahami maksud
dan tujuan kandungan kisah dalam Al-Qur’an.
E. Perulangan dari kisah Al-Qur’an dan
Hikmahnya
Al-Qur’an
banyak mengandung kisah yang pengungkapannya diulang-ulang dibeberapa tempat.
Berikut ini dikemukakan contoh pengulangan itu :
1. Kisah
Iblis yang tidak mau tnduk kepada Adam : Surat Al-Baqarah (2) ayat 34; surat Al-A’raf
(7) ayat 11; surat Hijr (15) ayat 31;
surat Al-Isra’ (17) ayat 61; surat Al-Kahfi (18) ayat 50; surat Thaha (20) ayat 116, surat Shad (38) ayat 74.
2. Kisa
kaum Nabi Luth yang melakukan perbuatan Homosesk: surat AL-A’raf (7) ayat 80; surat Hud
(11) ayat 78; surat An-Naml (27) ayat
54-55; surat Al-Ankabut (29) ayat 29
3. Kisah
Istri Nabi Luth yang dibinasakan: suratAl-A’raf
(7) ayat 83; surat Hud (11) ayat 81;
surat Al-Hijr (15) ayat 60; surat Asy-Syura (26) ayat 171; surat An-Naml (27) ayat 57.
4. Kisah
Nabi Musa dan tongkatnya: surat Al-Baqarah
(2) ayat 60; surat Al’A’raf (7)
ayat 107 dan 117; surat Thaha (20)
ayat 18,20,dan 22; surat Asy-Syura (26) ayat 63; surat An-Naml (27) ayat 10, dan surat Al-Qashash
(28) ayat 31.
5. Kisah
percakapan Nabi Musa dengan Fir’aun: surat Al-A’raf
(7) ayat 104 dan 106; surat Thaha
(20) ayat 49-53,57,58.
6. Kisah
Malaikat yang bertamu kerumah Nabi Ibrahim: surat Hud (11) ayat 67-76; surat Al-Hijr
(15) ayat 51-58; dan surat Adz-Dzariyyat
(51) ayat 24-29
7. Kisah
percapakan Nabi Ibrahim dengan Bapaknya: surat Al-An’am (6) ayat 74; surat Maryam
(19) ayat 42,43,45,46,47,48; surat Al-Anbiya’
(21) ayat 62, surat Asy-Syura 926)
ayat 70-82; dan surat Ash-Shaffat
(37) ayat 85.
8. Kisah
Nabi Ibrahim menerima kelahiran Ishaq: surat Hud (11) ayat 71; surat Ash-Shaffat
(37) ayat 112, 113; surat Adz-Dzariyyat
(51) ayat 28
9. Kisah
Nabi Sulaiman dapat menundukan angin: suratAl-Anbiya
(21) ayat 81; surat Shad (38) ayat
36; dan surat Saba’ (34) ayat 12.
1 0. Kisah
orang Yahudi yang menyembah sapi: surat Al-Baqarah
(2) ayat 51,92,93; surat An-Nisa’ (4)
ayat 153; surat Al-A’raf (7) ayat
148; surat Thaha (20) ayat 88.
11. Kisah
Ya’juj dan Ma’juj: suratAl-Kahfi (18)
ayat 94; surat Al-Anbiya’ (21) ayat
96.[14]
Di antara kisah-kisah tersebut ada
yang hanya disebutkan sekali saja, seperti kisah Luqman dan pemuda Al-Kahfi,
dan ada yang disebutkan berulang kali, menurut keperluan dan mashlahatnya.
Pengulangan itu tidaklah dalam bentuk yang sama. Namun berbeda-beda bentuknya,
kadang panjang, kadang pendek, kadang lembut dan kadang keras, kadang
disebutkan beberapa bagian dari kisah tersebut di satu tempat dan tidak
disebutkan di tempat lainnya.
Hikmah pengulangan tersebut adalah sebagai berikut:
- Penjelasan tentang urgensi kisah tersebut. Karena pengulangannya menunjukkan bahwa kisah tersebut penting.
- Penegasan kisah tersebut, agar lebih meresap ke dalam hati manusia.
- Melihat kondisi zaman dan keadaan manusia pada saat itu. Oleh sebab itu, kisah-kisah dalam surat Makkiyah biasanya lebih keras dan lebih ringkas. Sementara kisah-kisah dalam surat-surat Madaniyah sebaliknya, lebih lembut dan lebih panjang.
- Keterangan tentang indahnya balaghah Al Qur’an yang mampu menghadirkan kisah tersebut dalam bentuk yang berbeda-beda sesuai dengan situasi dan keadaannya.
- Menunjukkan kebenaran Al Qur’an dan menunjukkan bahwa Al Qur’an berasal dari sisi Allah Ta’ala, di mana kisah-kisah tersebut dihadirkan dalam bentuk yang berbeda-beda tanpa terdapat kontroversi di dalamnya.[15]
Menurut Manna Al-Qaththan
menjelaskan hikmah pengulangan kisah-kisah Al-Qur’an sebagai berikut:
·
Menjelaskan
ketinggian kualitas Al-Qur’an
·
Memberikan
perhatian yang yang besar terhadap kisah untuk menguatkan kesan dalam jiwa
·
Menunjukan
kehebatan Mukjizat Al-Qur’an
·
Memperlihatkan
adanya perbedaan tujuan diungkapkannya kisah tersebut.[16]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
a. Secara
etimologi (bahasa), Qashash adalah urusan (al-amr), berita (khabar), dan
keadaan (hal). Dalam bahasa Indonesia, kata itu diterjemahkan dengan kisah yang
berarti kejadian.Sedangkan secara terminologi (istilah) Qashash al-Quran adalah
kisah-kisah dalam Al-Qur’an tentang para Nabi dan Rasul mereka serta
peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau, masa kini, dan masa yang
akan datang.
b. -
Kisah para nabi terdahulu.
-Kisah yang berhubungan
dengan kejadian pada masa lalu dan orang-orang yang tidak disebutkan
kenabiannya.
-Kisah yang terjadi
pada masa Rasulullah.
c. Faedah qashash dalam Al-Qur’an
adalah:
-Pertama,
menjelaskan
asas dakwah kepada Allah, dan menerangkan sendi-sendi syariat yang dengan
syariat itulah diutus Nabi-nabi.
-Kedua,
menetapkan
hati Rasul dan hati umat Muhammad terhadap agama Allah.
-Ketiga,
membenarkan Nabi0nabi terdahulu dan mengingatkan kebali jejak-jejak mereka.
-Keempat,
memperlihatkan
kebenaran Nabi Muhammad dalam penuturannya mengenai orang-orang terdahulu.
-Kelima,
Membuktikan
kekeliruan ahli kitab yang telah menyembunyikan keterangan dan petunjuk.
-Keenam,
kisah
merupakan salah satu bentuk sastar yang menarik bagi setiap pendengarnya dan
memberikan pengajaran yang tertanam didalam jiwa.
d. Adapun rahasia dari penggunaan nama
gelar dan tokoh dalam kisah adalah:
-Kita
dapat mencontoh kisah-kisah kehidupan para Nabi, orang-orang yang beriman dan
beramal saleh;
-Memudahkan
kita untuk mengingat kisah-kisah
tersebut;
-Memudahkan
kita dalam memahami maksud dan tujuan kandungan kisah dalam Al-Qur’an.
e.
Hikmah pengulangan tersebut adalah sebagai berikut:
-Penjelasan tentang urgensi kisah
tersebut. Karena pengulangannya menunjukkan bahwa kisah tersebut penting.
-Penegasan kisah tersebut, agar lebih
meresap ke dalam hati manusia.
-Melihat kondisi zaman dan keadaan
manusia pada saat itu. Oleh sebab itu, kisah-kisah dalam surat Makkiyah
biasanya lebih keras dan lebih ringkas. Sementara kisah-kisah dalam surat-surat
Madaniyah sebaliknya, lebih lembut dan lebih panjang
-Menunjukkan kebenaran Al Qur’an dan
menunjukkan bahwa Al Qur’an berasal dari sisi Allah Ta’ala, di mana
kisah-kisah tersebut dihadirkan dalam bentuk yang berbeda-beda tanpa terdapat
kontroversi di dalamnya
-Keterangan tentang indahnya balaghah
Al Qur’an yang mampu menghadirkan kisah tersebut dalam bentuk yang
berbeda-beda sesuai dengan situasi dan keadaannya.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qathan, Manna’, Pembahasan ilmu Al-Qur’an, Jakarta : PT Rineka Cipta ,1995
Anwar, Rosihon, Ilmu Tafsir, Bandung : Cv Pustaka Setia, 2000
http://Qashash(Kisah-Kisah)dalam-Alquran-Referens-
Makalah-Ilmiah-ISTANA ILMU.html
#02-10-2011
[1]
Manna’ Al-Qaththan, Mabahits fi Ulum
Al-Quran,(Mansyurat Al-Ashr Al Hadits, 1973), h. 305.
[2]Manna’
Al-Qaththan, Mabahits fi Ulum Al-Quran,
h. 306.
[3]Poerwadarminta,
kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : (PN Balai Pustaka, 1984), h. 512.
[4]
Mana’ul Quthan, Pembahasan ilmu Al-Qur’an,
Jakarta : (PT Rineka Cipta,1995), h. 145
[5]
Hanafi, segi-segi kesusastraan pada
kisah-kisah Al-Qur’an, Jakarta : (Pustaka Al-Husna, 1984), h. 14.
[6]
Rosihon Anwar, Ilmu Tafsir, Bandung :
(Cv Pustaka Setia,2000), h. 67-72
[7]Mana’ul
Quthan, Pembahasan ilmu Al-Qur’an, h.
146
[8]
Rosihon Anwar, Ilmu Tafsir h. 73.
[9]Hanafi,
segi-segi kesusastraan pada kisah-kisah
Al-Qur’an, h. 15-16
[10]Rosihon
Anwar, Ilmu Tafsir h. 75
[11]
Mana’ul Quthan, Pembahasan ilmu
Al-Qur’an, h. 147
[12]Rosihon
Anwar, Ilmu Tafsir h. 76
[13]
Nama-nama para pelaku kisah dalam Al-Qur’an dilihat secara lengkap pada
Muhammad bin Alawi Al-Maliki Al-Husni, Mutiara
Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, terj. Rosihon Anwar, Pustaka Setia, Bandung, 1999, h.
369-376
[14]
Penelusuran kisah-kisah ini berdasarkan penelitian yang dilakukan Sukmadjaja
Asyrie dan Rosy Yusuf, Indez Al-Qur’an,
Pustaka, Bandung, 1984.
[16]
Manna’ A-Qaththan, Mabahits fi Ulum Al-Qur’an,
h. 307-308