BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Teknologi
merupakan bagian integral dalam setiap budaya. Makin maju
suatu budaya, makin banyak dan makin canggih teknologi yang digunakan.
Meskipun demikian masih banyak di antara kita yang tidak menyadari akan
hal itu. Teknologi diterapkan di semua bidang kehidupan, di antaranya
bidang pendidikan. Teknologi pendidikan ini karenanya beroperasi dalam
seluruh bidang pendidikan secara integratif, yaitu secara rasional
berkembang dan terjalin dalam berbagai bidang pendidikan.
Teknologi
pendidikan adalah sebuah konsep yang sangat kompleks dan memiliki
definisi yang kompleks pula. Bilamana kita berfikir tentang Teknologi
Pendidikan, kita dapat memikirkannya dalam tiga cara yaitu sebagai
konstruksi teoritik, sebagai bidang garapan dan sebagai profesi. Agar
kita dapat mendefinisikan sebagai tiga cara tersebut maka kita hendaknya
terlebih dahulu menganalisis masing-masing cara tersebut sehingga kita
dapat secara benar mendefinisikan Teknologi Pendidikan sesuai dengan
cara yang seharusnya. Ketiga cara tersebut adalah :
1. sebagai konstruk teoritik (theoretical construct)
Sebuah
abstraksi yang mencakup serangkaian ide dan prinsip tentang cara
bagaimana pendidikan dan pembelajaran harus dilaksanakan dengan
menggunakan teknologi.
2. sebagai bidang garapan
Aplikasi ide-ide
dan prinsip-prinsip teoritik untuk memecahkan masalah-masalah konkret
dalam bidang pendidikan dan pembelajaran. Bidang tersebut meliputi
teknik-teknik yang digunakan, aktivitas yang dikerjakan, informasi dan
sumber yang digunakan, dan klien yang dilayani oleh para pelaksana dalam
bidang tersebut.
3. sebagai profesi
Suatu kelompok pelaksana
tertentu yang diorganisasikan memenuhi criteria tertentu, memiliki
tugas-tugas tertentu dan bergabung untuk membentuk bagian tertentu dari
bidang tersebut
Tidak satu pun dari tiga perspektif tersebut yang
lebih betul atau lebih baik, masing-masing merupakan cara yang berbeda
dalam memandang hal yang sama.
Oleh karena itu, definisi Teknologi
Pendidikan yang disajikan di sini akan mengemukakan pengertian Teknologi
Pendidikan dari ketiga perspektif tersebut secara keseluruhan.
Teknologi Pendidikan akan didefinisikan sebagai konstruk teoritik –
menunjukkan ide dan prinsip-prinsip serta bagaimana kesemuanya
disintesiskan menjadi satu kebulatan yang menyeluruh, sebagai bidang
garapan – menunjukkan aplikasi dan implikasi dalam praktek kehidupan
sehari-hari; dan sebagai profesi – identifikasi kriteria yang harus
dipenuhi oleh kelompok yang khusus bergerak di bidang ini.
2. Perumusan MasalahAdapun
permasalahan yang akan dibahas pada makalah ini adalah Teknologi
Pendidikan Sebagai Konstruk Teoritik, Bidang Garapan Dan Profesi, sesuai
dengan latar belakang permasalahan.
3. Tujuan dan Manfaat Berdasarkan
rumusan masalah tersebut, maka makalah ini bertujuan untuk mengetahui
peranan teknologi pendidikan sebagai konstruk teoritik, bidang garapan
dan profesi.
Sedangkan manfaat pembahasan dari makalah ini adalah
agar dapat dijadikan sebagai acuan dalam melaksanakan proses
pembelajaran yang lebih efisien dan efektif.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Teknologi Pendidikan Sebagai Konstruk Teoritik
Untuk
mendefinisikan Teknologi Pendidikan sebagai konstruksi teoritik hanya
diperlukan karakteristik pertama di atas; suatu kesatuan teori
intelektual yang selalu dikembangkan melalui kegiatan penelitian.
Istilah
teori yang dalam pembicaraan sehari-hari sering digunakan sebagai lawan
kata praktek, yang mempunyai arti yang jelas yaitu : suatu prinsip umum
yang didukung oleh data sebagai penjelasan terhadap sekelompok gejala
atau suatu pernyataan tentang hubungan yang berlaku terhadap sejumlah
fakta, suatu prinsip atau serangkaian prinsip yang menerangkan hubungan
antara berbagai fakta dan meramalkan hasil baru berdasarkan fakta
tersebut.
Teknologi Pendidikan adalah proses kompleks yang
terintegrasi meliputi orang, prosedur, gagasan, sarana dan organisasi
untuk menganalisis masalah dan merancang, melaksanakan, menilai dan
mengelola pemecahan masalah dalam segala aspek belajar manusia.
Karakteristik teori dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
a.
Adanya suatu gejala – harus masih ada beberapa gejala yang belum
difahami sejelas-jelasnya menurut pengetahuan yang ada sekarang;
b.
Menjelaskan – sebuah teori memberikan penjelasan tentang mengapa atau
bagaimana gejala itu terjadi (sebagai kebalikan dari penegasan sederhana
terhadap eksistensi suatu gejala);
c. Merangkum – sebuah teori
memberikan rangkuman tentang apa yang telah diketahui tentang hubungan
antara sejumlah besar informasi empiric, konsep dan generalisasi;
d.
Memberikan orientasi – menentukan dan mempertajam fakta-fakta yang akan
diteliti (dipelajari) serta membedakan antara data yang relevan dengan
data yang tidak relevan;
e. Mensistematiskan – memberikan skema
unutuk mensistematiskan, mengklasifikasikan dan menghubungkan segala
gejala, postulat dan dalil yang serasi;
f. Mengidentifikasi
kesenjangan – mencari bidang-bidang yang relevan namun diabaikan atau
belum dipecahkan pada masa kini maupun buat studi di masa mendatang;
g.
Melahirkan strategi untuk keperluan riset – memberikan dasar untuk
merumuskan hipotesis baru dan melaksanakan riset lebih mendalam berdasar
atas penjelasan tersebut;
h. Prediksi – dapat mengungkap hal-hal
melebihi dari apa yang bisa diketahui berdasar atas data empiric
sehingga dapat membuat estimasi dan memprediksi fakta baru dan hipotesis
yang belum diketahui pada saat sekarang;
Teknologi pendidikan adalah
suatu proses terpadu yang melibatkan orang, prosedur, gagasan,
peralatan, dan organisasi untuk menganalisa masalah-masalah pendidikan
dan cara pemecahan, mengimplemintasikan, mengevaluasi dan mengelola
pemecahan masalah yang berkenaan dengan semua aspek belajar manusia.
Pemecahan masalah dalam teknologi pendidikan adalah bagaimana sumber
belajar itu didesain, dipilih dan digunakan untuk menciptakan kegiatan
belajar.
Paradigma baru pada teknologi pendidikan memberikan suatu
pendekatan baru dalam memecahkan masalah-masalah pendidikan, namun
demikian pendekatan baru tersebut merupakan penjabaran dan perluasan
dari konsep-konsep terdahulu. Dengan demikian secara langsung masih
berhubungan dengan definisi dan diskripsi bidang teknologi pendidikan
yang dihasilkan sebelumnya.
2. Teknologi Pendidikan Sebagai Bidang Garapan
Teknologi
Pendidikan sebagai bidang garapan merupakana aplikasi dari ide dan
prinsip teoritik untuk memecahkan masalah kongkrit dalam bidang
pendidikan dan pembelajaran ( teknik yang digunakan, aktivitas yang
dikerjakan, informasi dan sumber yang digunakan dan klien yang dilayani
). Lingkungan kegiatan yang merangkum komponen konsep, ketrampilan dan
prosedur serta memadukannya dalam bentuk aplikasi baru.
Ada tiga
persyaratan atau karakteristik tambahan pada bidang garapan yaitu :
teknik intelektual, yaitu pendekatan yang digunakan untuk memecahkan
masalah, aplikasi praktis yaitu usaha untuk merealisasikan atau
mengoperasionalkan pikiran, ide dan proses sehingga menghasilkan produk
yang dapat dilihat, dan keunikan bidang garapan yaitu harus ada
karakteristik khusus yang tidak dijumpai pada bidang lain
Teknik
Intelektual, adalah pendekatan yang digunakan oleh seseorang dalam
mencari pemecahan masalah. Teknologi pendidikan memiliki satu cara dalam
pemecahan masalah. Tiap fungsi pengembangan dan manajemen mempunyai
teknik tersendiri yang berkaitan dengannya. Teknik tersendiri dari
teknologi pendidikan adalah lebih dari jumlah bagian-bagiannya. Teknik
itu melibatkan perpaduan sistematik masing-masing teknologi dari
fungsi-fungsi tersebut dan saling keterhubungannya dalam satu proses
terpadu dan kompleks untuk mengadakan analisi keseluruhan
masalah-masalah dan kemudian menciptakan metode-metode pemecahan baru.
Teknologi ini menghasilkan suatu akibat sinergistik, dengan menghasilkan
keluaran-keluaran diluar dugaan berbeda jika didasarkan pada
unsur-unsur yang bekerja secara terpisah dan sendiri-sendiri. Teknik
intelektual yang asli itu merupakan suatu yang khas dari teknologi
pendidikan dan tidak ada bidang lain yang mempergunakannya.
Aplikasi
praktis, mencakup usaha merealisasikan atau mengoperasionalkan fikiran,
ide dan proses. Aplikasi itu menghasilkan produk yang dapat dilihat.
Sebagai contoh seorang benar-benar melaksanakan eksperimen ilmiah atau
melaksanakan kegiatan pengembangan instruksional sesuai dengan
langkah-langkah yang telah ditentukan dalam mengaplikasikan teknik
intelektual. Kecuali itu aplikasi praktis menunjukkan bagaimana teknik
intelektual itu dioperasionalkan dalam konteks strutur organisasi dan
institusi dimana bidang garapan itu beroperasi.
Keunikan, berhubung
definisi tersebut menunjukkan bahwa suatu bidang garapan memadukan
teknik intelektual dan aplikasi praktis yang diidentifikasi oleh
definisi tersebut haruslah merupakan hal unik bagi bidang garapan
tersebut. Haruslah tercermin karakteristik khusus yang tidak bisa
dijumpai pada bidang lain. Jika definisi tersebut dapat mewujudkan
adanya teknik intelektual dan aplikasi praktis yang unik, maka bidang
garapan yang diidentifikasikan tersebut dengan sendirinya dapat
dikatakan unik pula.
Jadi, definisi teknologi pendidikan sebagai
bidang garapan, pertama-tama harus mendefinisikannya sebagai konstruk
teoritik, kemudian mengidentifikasi teknik intelektual dan aplikasi
praktis, serta kesemuanya menunjukkan keunikan bidang garapan teknologi
pendidikan.
3. Teknologi Pendidikan Sebagai Profesi
Untuk
mendefinisikan teknologi pendidikan sebagai profesi, terlebih dulu harus
dipenuhi syarat-syarat untuk mendefinisikan bangunan teoritik dan
bidang garapan. Selanjutnya definisi tersebut harus mencerminkan semua
karakteristik profesi lainnya.
Latihan dan Sertifikasi. Latihan dalam
waktu yang lama diperlukan untuk mengembangkan spesialisasi dan teknisi
dalam profesi tersebut. Harus ada beberapa ketentuan tentang
sifat-sifat latihan, baik melalui peraturan pemerintah maupun melalui
suatu sistem akreditasi terhadap lembaga-lembaga latihan yang meliputi
sifat dan isi pendidikan profesional, standar sertifikasi, standar dan
ketentuan penerimaan calon peserta latihan, serta penempatan.
Standar
dan Etika. Perumusan etika menunjukkan bagaimana anggota profesi itu
harus bertingkah laku. Seperangkat standar memberikan petunjuk mengenai
bahan, peralatan, dan fasilitas yang digunakan oleh orang-orang dalam
profesi tersebut. Namum demikian, publikasi kode etik dan buku petunjuk
tentang standar itu sendiri tidaklah dapat memberi jaminan apa-apa.
Profesionalisasi itu terjadi bilamana dimungkinkan adanya pemaksaan yang
kuat untuk melaksanakannya.
Kepemimpinan. Kepemimpinan diperlukan
untuk memanfaatkan setepat-tepatnya penemuan-penemuan yang ada sekarang
dan melihat kecenderungan di masa mendatang. Namun demikian untuk
menghindari keadaan banyaknya inovasi yang ada sekarang yang membuat
pusing karena desakan dari luar kita, maka kepemimpinan ini harus datang
dari profesi ini sendiri.
Asosiasi dan Komunikasi. Organisasi
profesi yang kuat diperlukan untuk mengembangkan dan mengimplementasikan
karakteristik lainnya terutama standar dan etika, kepemimpinan dan
latihan. Hanya organisasi yang kuat yang dapat memaksakan dengan
sungguh-sungguh aplikasi praktis, standar dan etika.
Pengakuan
sebagai profesi. Anggota profesi harus mempercayai adanya profesi dan
bahwa mereka menjadi anggotanya. Eksistensi suatu profesi tidak dapat
dipercayakan begitu saja kepada para pelaksana. Mereka harus
menginginkan berdirinya dan mengakui pentingnya organisasi profesi.
Mereka harus benar-benar menyadari akan keanggotaanya dalam organisasi
profesi tersebut. Kesadaran ini dimanifestasikan dalam bentuk berdirinya
asosiasi, terjelmanya ciri-ciri profesi lainnya dan penghargaan
masyarakat umum terhadap para pelaksana bahwa ada organisasi profesi di
mana mereka menjadi anggotanya.
Tanggung Jawab Profesi. Tidaklah
cukup bahwa suatu profesi itu hanya sekedar menggunakan teknik
intelektual untuk diaplikasikan secara praktis. Profesi harus juga
mempertanggungjawabkan penggunaan teknik intelektual tersebut. Profesi
harus bertanggung jawab atas penggunaan teknik intelektual dalam bekerja
di masyarakat. Hendaknya senantiasa diadakan pengkajian tentang nilai
kegunaannya dan jika mungkin mengambil sikap yang pasti terhadap
masalah-masalah sosial yang dipengaruhi oleh hasil pekerjaan profesi
tersebut.
Hubungan dengan profesi lain. Mungkin saja terdapat lebih
dari satu profesi yang bekerja dalam bidang garapan teknologi pendidikan
ini. Masing-masing profesi ini satu sama lain saling berhubungan baik
secara eksplisit maupun implisit dalam beroperasi di bidang garapan
tersebut. Hubungan ini harus diketahui, diidentifikasi, dan
dikembangkan.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan1.
Teknologi pendidikan adalah suatu proses terpadu yang melibatkan orang,
prosedur, gagasan, peralatan, dan organisasi untuk menganalisa
masalah-masalah pendidikan dan cara pemecahan, mengimplemintasikan,
mengevaluasi dan mengelola pemecahan masalah yang berkenan dengan semua
aspek belajar manusia.
2. Teknologi Pendidikan didefinisikan sebagai
konstruk teoritik, bidang garapan dan sebagai profesi, yang dilihat dari
tiga perspektif secara keseluruhan.
3. Karakteristik teori adalah :
adanya suatu gejala, menjelaskan, merangkum, memberi orientasi,
mensistematiskan, mengidentifikasi kesenjangan, melahirkan strategi
untuk keperluan riset dan prediksi.
4. Karakteristik bidang garapan adalah : teknik intelektual, aplikasi praktis, dan keunikan.
5.
Karakteristik profesi adalah : latihan dan sertifikasi, standar dan
etika, kepemimpinan, asosiasi dan komunikasi, pengakuaan sebagai
profesi, tanggung jawab profesi, hubungan dengan profesi lain.
2. Saran1.
Mahasiswa diharapkan dapat memahami Teknologi Pendidikan didefinisikan
sebagai konstruk teoritik, bidang garapan dan sebagai profesi, yang
dilihat dari tiga perspektif secara keseluruhan.
2. Diharapkan kepada para pendidik agar lebih baik lagi menempatkan diri dalam kegiatan pembelajaran.
3.
Memperbanyak referensi sebagai bahan acuan bagi peneliti yang ingin
lebih memperdalam konsep teknologi pendidikan sebagai konstruk teoritik,
bidang garapan dan profesi
DAFTAR PUSTAKA
- AECT, 1977, Defenisi Teknologi Pendidikan : Satuan Tugas Defenisi Dan Terminologi, Jakarta, Rajawali.
-
Miarso, Y., 2007. Makalah “Kontribusi Teknologi Pendidikan dalam
Pembangunan Pendidikan“. Makalah disampaikan dalam Seminar Intenasional
& Temu Ilmiah FIP/JIP se-Indonesia, Manado., 2007.
- Saettler, Paul, 1968, A History of Instructional Technology, New York, Mc Graww-Hill Book Co.
- Seels, Barbara B. dan Rita C. Richey, 1994, Teknologi Pembelajaran, Jakarta, Percetakan Universitas Negeri Jakarta.
- Thompson, Merrit M., 1963, The History of Education, New York, Barne & Noble, Inc.
- http://www.candilaras.co.cc. : Landasan Teknologi Pembelajaran